Es Selendang Mayang: Simbol Manis Keberagaman Budaya Betawi yang Tak Lekang oleh Zaman

Es Selendang Mayang: Simbol Manis Keberagaman Budaya Betawi yang Tak Lekang oleh Zaman

Es Selendang Mayang: Simbol Manis Keberagaman Budaya Betawi yang Tak Lekang oleh Zaman.-Ilustrasi: Canva@Budi Setiawan-

BACA JUGA:DBD atau Biang Keringat pada Anak? Kenali Perbedaan dan Waspadai Tandanya

Nilai Budaya dan Tradisi dalam Setiap Sajian

Pada masa lalu, Es Selendang Mayang sering dijajakan oleh pedagang keliling, terutama di kampung-kampung Betawi. Biasanya disimpan dalam wadah besar dari kaleng atau ember yang digendong atau dipikul. 

Suara khas penjualnya dan tampilan cerah dari minuman ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak dan orang dewasa. 

Tidak sedikit warga yang menjadikan Es Selendang Mayang sebagai hidangan wajib saat perayaan hari besar, seperti Lebaran, Maulid Nabi, hingga hajatan keluarga.

Minuman ini juga memiliki keterkaitan erat dengan nilai sosial. Dalam budaya Betawi, menyajikan minuman tradisional kepada tamu merupakan bentuk penghormatan dan kehangatan. 

Oleh karena itu, menyuguhkan Es Selendang Mayang tak hanya sebatas menjamu, tetapi juga memperkenalkan warisan budaya lokal yang kaya makna.

BACA JUGA:Tujuh Proyek Smelter Bauksit Masih Mangkrak, ESDM Soroti Masalah Pendanaan

Tantangan Pelestarian dan Peluang Ekonomi

Seiring perkembangan zaman, keberadaan Es Selendang Mayang mulai tergeser oleh berbagai minuman modern instan yang lebih mudah ditemukan di pasaran. 

Generasi muda pun perlahan mulai melupakan kelezatan dan sejarah minuman ini. Hal inilah yang memunculkan keprihatinan di kalangan pelestari budaya Betawi, yang kemudian menggagas gerakan menghidupkan kembali kuliner tradisional melalui festival, lomba masak, hingga pelatihan UMKM.

Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, Es Selendang Mayang kembali menjadi tren berkat media sosial. 

Banyak food vlogger dan kreator kuliner yang mencoba membagikan resep dan kisah di balik minuman ini, menjadikannya viral sebagai bagian dari “kuliner nostalgia.” 

Fenomena ini membuka peluang ekonomi yang menjanjikan, terutama bagi pelaku usaha kuliner rumahan yang ingin menyajikan minuman tradisional dalam kemasan modern dan higienis.

BACA JUGA:Hari Pertama Pemutihan Pajak Bertepatan dengan Libur Nasional, Samsat Sepi Aktivitas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: