Tradisi Ngantak Sesuduk Masyarat Saibatin Lampung

Tradisi Ngantak Sesuduk Masyarat Saibatin Lampung

Foto Twitter@MURI_org--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Ngantak Sesuduk/Ngantak Bakul merupakan sebuah tradisi komunitas adat Saibatin Lampung pada saat menjelang kegiatan Nayuh (Pesta adat, Perkawinan, khitanan dan lainnya) serta kematian dengan cara membawa bakul anyaman yang biasanya berisi beras, kelapa, garam dan isian lain sesuai kesepakatan komunitas adat setempat. 

Biasanya bakul tersebut dibawa oleh para Perempuan atau Ibu-ibu mewakili satu keluarga. Tradisi ini memiliki keunikan tersendiri sebab bersifat timbal balik. 

BACA JUGA:Dapunta Pesagi Seminung, Legenda Aji Saka dan Persebaran Peradaban Sansekerta di Nusantara

Artinya saling bahu membahu dan tolong menolong antar anggota komunitas yang mengadakan kegiatan guna membantu meringankan si pemilik hajat.

Tradisi Ngantak Sesuduk/Ngantak Bakul dalam perspektif modal sosial memiliki nilai-nilai sosial yang tertanam di dalamnya yaitu nilai tolong menolong dan timbal balik. 

BACA JUGA:Terapang Lampung, Regalia Para Dapunta Pesagi Seminung

Nilai tolong menolong dilakukan guna membantu meringankan beban si pemilik hajat. 

Beban yang diringankan dalam tradisi ini tidak hanya berbentuk materi (isian bakul seperti beras, kelapa, garam dan lainnya) tetapi juga berbentuk non-materi yaitu bantuan tenaga pada saat pelaksanaan hajat. 

BACA JUGA:Semiotika Kapal Jung Lampung, Wahana Bahtera Kehidupan Manusia

Sementara nilai timbal balik yang berarti terdapat penerapan hal yang serupa secara bergantian bagi anggota komunitas lain yang melaksanakan hajat dimasa yang akan datang.

Tradisi Ngantak Sesuduk/Ngantak Bakul juga melahirkan dan dilandasi oleh kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah kepercayaan si pemilik hajat kepada anggota komunitas yang memberikan sesuduk/bakul untuk memperoleh tanggung jawab tertentu pada saat acara berlangsung (pembagian kerja), misalnya bertanggung jawab dalam memasak nasi, menyiapkan kue dan lainnya. 

BACA JUGA:Kayu Akha, Pohon Hayat Lampung, Lambang Pertumbuhan Kehidupan Insani

Kepercayaan dalam tradisi ini juga bersifat berkelanjutan (sustainable) yang ditandai ketika pasca acara menjadi titik tolak untuk melakukan hal yang serupa oleh si penerima bakul kepada anggota lain di masa mendatang.*

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: