38 Tahun Ujang AS Mengabdi Jadi Guru Honorer di Wilayah Terisolir Pesbar

38 Tahun Ujang AS Mengabdi Jadi Guru Honorer di Wilayah Terisolir Pesbar

--

PESBAR, MEDIALAMPUNG.CO.ID - Ujang AS, pria kelahiran 20 Agustus 1959, hingga kini masih aktif mengajar untuk mengabdikan diri di Sekolah Dasar (SD) Negeri 22 Krui dan SMP Satu Atap (Satap) Way Haru, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar) yang merupakan wilayah terisolir di Kabupaten paling bungsu di Provinsi Lampung.

Menurut Ujang AS, dirinya masuk ke wilayah Pekon Way Haru tepatnya di wilayah Pengekahan, dengan jarak tempuh sekitar 30 kilometer dan masih melalui 18 muara sungai dari pusat Pemerintahan Pekon Way Haru, itu sekitar tahun 1981 silam.

“Asal saya kelahiran saya memang dari Tanggamus, saat itu saya masih bujang dan nekat masuk ke wilayah Pengekahan di Pekon Way Haru itu dengan tujuan untuk bertani,” kata Ujang.

Ujang menuturkan, setelah sampai di wilayah pengekahan yang merupakan wilayah terisolir paling ujung di Kecamatan Bangkunat itu, banyak anak-anak yang belum mengenyam dunia pendidikan. 

BACA JUGA:Pekan Depan Penerbangan di Bandara M.Taufiq Kiemas Beroperasi

“Hati nurani saya tergerak, karena sedih melihat banyak anak-anak seusia sekolah belum mengenal baca tulis, bahkan berhitung,” ungkapnya.

Penyebabnya, kata dia, yang paling utama karena memang di wilayah itu belum ada sekolah yang berdiri. Saat itu masyarakat di wilayah Pengekahan juga bergerak untuk mendirikan Sekolah Dasar Swadaya (SDS) Pengekahan. 

Sehingga, masyarakat gotong royong secara swadaya untuk mendirikan bangunan SD Swadaya dengan menggunakan material bangunan seadanya, proses pendirian bangunan sekolah itu pun cukup lama.

“Masyarakat sangat antusias, karena berharap dengan didirikannya sekolah di wilayah pengekahan itu anak-anak mereka (masyarakat) bisa mengenyam pendidikan,” ujarnya.

BACA JUGA:Parpol di Lambar Tak Sampaikan SPJ Bakal Dikenakan Sanksi

Dengan perjalanan waktu, pada tanggal 29 Januari 1984 silam, akhirnya SD Swadaya Pengekahan itu diresmikan oleh seorang Kepala Dusun (Kadus). 

Hingga akhirnya anak-anak di wilayah Pengekahan itu bisa sekolah dan mengenyam pendidikan, walaupun masih dalam keterbatasan dan kekurangan. 

Kebetulan saat itu memang ada program dari Pemerintah Pusat pada zamannya Presiden Soeharto, sehingga SD Swadaya itu mendapat dua orang guru yang memang khusus ditempatkan di daerah terpencil, namun selama dua bulan mengajar dua guru itu dipanggil kembali oleh Pemerintah Pusat untuk mengajar keluar daerah.

“Sehingga, saya kembali mengajar sendiri. Awalnya ada sekitar 20 murid di SD Swadaya, yang memang semuanya merupakan warga pengekahan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: