Gunung Es Terbesar Dunia Mulai Hancur, Ilmuwan Soroti Dampaknya

Gunung Es Terbesar Dunia Mulai Hancur, Ilmuwan Soroti Dampaknya

Gunung es terbesar di dunia, mulai hancur. - Foto Freepik--

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Gunung es raksasa A23a, yang selama ini dikenal sebagai gunung es terbesar di dunia, kini mulai mengalami peluruhan dan terpecah menjadi ribuan bongkahan kecil di perairan Antartika. 

Fenomena ini terekam jelas dalam citra satelit terbaru, yang menunjukkan tanda-tanda peluruhan lapisan es secara bertahap sejak awal 2025.

Gunung es A23a memiliki luas sekitar 3.100 kilometer persegi—setara dengan luas sebuah kota besar—dan telah menjadi bagian dari lanskap Antartika sejak terlepas dari Lapisan Es Filchner-Ronne pada tahun 1986. 

Selama beberapa dekade, gunung es ini nyaris tidak bergerak karena tersangkut di dasar laut.

BACA JUGA:Berapa Banyak Manusia yang Dibutuhkan untuk Menyelamatkan Spesies dari Bencana Global?

Namun, sejak tahun 2023, A23a kembali aktif bergerak dan menempuh perjalanan panjang menuju perairan utara.

Pada awal 2025, A23a mengalami benturan dengan dasar laut di sekitar Pulau South Georgia, yang menyebabkan bagian utaranya mulai menunjukkan retakan signifikan. 

Seiring waktu, bongkahan es mulai terlepas, beberapa di antaranya bahkan mencapai ukuran lebih dari satu kilometer persegi.

Salah satu pecahan terbesar kini dinamai A23c, yang mengarah ke selatan dan diperkirakan memiliki luas sekitar 130 kilometer persegi.

BACA JUGA:Lebah Lokal Australia Terancam oleh Dominasi Lebah Madu Pendatang

Kawasan South Georgia yang dekat dengan titik peluruhan A23a merupakan habitat penting bagi berbagai spesies laut seperti penguin, anjing laut, dan burung laut. 

Organisasi konservasi internasional telah memperingatkan potensi gangguan pada pola migrasi satwa akibat perubahan suhu dan salinitas air akibat pencairan gunung es tersebut.

Di sisi lain, sebagian ilmuwan mencatat bahwa pelepasan nutrisi dari gunung es juga dapat meningkatkan pertumbuhan plankton, yang menjadi dasar dari rantai makanan laut. 

Dampak ini tergantung pada kondisi lingkungan perairan yang sangat kompleks.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: