Dolar AS Melemah, Trump Isyaratkan Ganti Gubernur The Fed

Dolar AS Melemah, Trump Isyaratkan Ganti Gubernur The Fed

Dolar melemah karena Trump ingin kebijakan moneter lebih agresif dengan pengganti Powell-Ilustrasi: Canva@Budi Setiawan-

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Nilai tukar dolar Amerika Serikat kembali melemah terhadap hampir seluruh mata uang utama di pasar Asia pada awal perdagangan Kamis (26 Juni 2025). 

Pelemahan ini dipicu oleh laporan terbaru mengenai langkah mantan Presiden AS, Donald Trump, yang disebut tengah mempertimbangkan lebih awal siapa calon pengganti Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve), Jerome Powell.

Sinyal tersebut muncul setelah laporan dari Wall Street Journal menyebutkan bahwa Trump berencana mengumumkan calon pengganti Powell pada September atau Oktober mendatang. 

Informasi ini diperoleh dari sejumlah sumber yang memahami dinamika internal tim kampanye Trump.

BACA JUGA:Penjualan Lesu, BYD Pangkas Produksi Mobil Listrik di Tengah Ketatnya Persaingan Pasar

Di antara nama-nama yang beredar sebagai kandidat kuat adalah mantan Deputi Gubernur The Fed, Kevin Warsh, serta Direktur Dewan Ekonomi Nasional era Trump, Kevin Hassett.

Keduanya dikenal sebagai tokoh dengan pandangan yang sejalan dengan kebijakan ekonomi Trump, terutama terkait arah suku bunga dan stabilitas moneter.

Pasar menanggapi isu ini dengan sentimen negatif terhadap dolar AS. Investor menilai bahwa jika Trump kembali berkuasa dan segera menunjuk pengganti Powell yang lebih agresif dalam memangkas suku bunga, hal ini dapat menekan posisi dolar lebih dalam. 

Apalagi, pengumuman kandidat sebelum masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026 dinilai sebagai sinyal kuat arah kebijakan moneter AS akan berubah lebih cepat dari perkiraan.

BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Aturan Pajak untuk Pedagang di Marketplace

Tekanan terhadap dolar semakin membesar seiring dengan pandangan bahwa pemangkasan suku bunga menjadi isu sentral dalam politik moneter AS. 

Trump sebelumnya juga telah mengkritik langkah The Fed yang dianggap lamban dalam menurunkan suku bunga, serta menuding bank sentral sebagai pihak yang menyebabkan tingginya biaya pinjaman pemerintah.

Kondisi ini menambah ketidakpastian di pasar keuangan global. Pelaku pasar kini menghadapi dua ketegangan sekaligus: ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed dan potensi perubahan besar pada kepemimpinan bank sentral jika Trump memenangkan pemilu tahun depan.

Dengan melemahnya dolar AS secara luas, investor global kini cenderung mencari instrumen lindung nilai (safe haven) dan mulai menyesuaikan strategi menghadapi kemungkinan pergeseran arah kebijakan ekonomi Negeri Paman Sam. (*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: