Seiring perkembangan zaman, Tradisi Tulak Bala mengalami pergeseran makna di beberapa daerah. Pelaksanaannya tidak lagi sepenuhnya bernuansa sakral, melainkan berubah menjadi ajang rekreasi.
Pantai yang menjadi lokasi Tulak Bala ramai oleh pengunjung, pedagang, dan hiburan, sehingga nilai refleksi spiritualnya perlahan memudar.
Sebagian tokoh adat menyayangkan perubahan ini. Mereka menilai Tulak Bala seharusnya menjadi momentum perenungan diri, memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan sesama, bukan sekadar hiburan atau perayaan semata.
BACA JUGA:Daftar Pinjol Resmi OJK 2025, Informasi Terbaru untuk Menghindari Jeratan Fintech Ilegal
Menjaga Nilai Luhur Tulak Bala
Tradisi Tulak Bala merupakan warisan budaya yang sarat makna religius dan sosial. Di dalamnya terkandung nilai kebersamaan, solidaritas, kepedulian, serta kesadaran akan keterbatasan manusia di hadapan Sang Pencipta.
Oleh karena itu, penting bagi generasi muda Aceh untuk memahami esensi Tulak Bala secara utuh, bukan hanya mengikuti seremoninya.
Dengan menjaga nilai spiritual dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya, Tulak Bala dapat terus hidup sebagai identitas budaya Aceh yang berakar kuat pada ajaran Islam.(*)