Ritual Adat Suku Kajang Ammatoa di Bulukumba: Menyatu dengan Alam dan Leluhur

Ritual Adat Suku Kajang Ammatoa di Bulukumba: Menyatu dengan Alam dan Leluhur

Ritual adat Suku Kajang Ammatoa adalah cerminan kehidupan yang harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. - Foto Instagram@andianwarpurnomo--

MEDIALAMPUNG.CO.IDSuku Kajang Ammatoa merupakan salah satu komunitas adat yang masih teguh menjaga tradisi leluhur di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. 

Masyarakat adat ini hidup dengan prinsip “Kamase-masea,” yang berarti kesederhanaan. 

Falsafah itu mengajarkan mereka untuk hidup selaras dengan alam, jauh dari keserakahan dan kemewahan duniawi. 

Setiap tindakan dalam kehidupan masyarakat Kajang memiliki nilai spiritual yang dalam, termasuk saat mereka melaksanakan ritual adat yang disebut Andingingi — upacara penyucian dan pembersihan kampung dari pengaruh buruk.

BACA JUGA:Pemutihan Pajak Kendaraan di Lampung Diperpanjang Hingga 6 Desember

Makna dan Tujuan Ritual Andingingi

Ritual Andingingi menjadi salah satu upacara penting dalam kehidupan masyarakat Kajang. 

Prosesi ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta atas perlindungan dan rezeki yang telah diberikan, sekaligus untuk memohon keselamatan bagi seluruh warga desa. 

Melalui ritual ini, masyarakat percaya bahwa keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan gaib dapat terjaga.

BACA JUGA:Balla To Kajang: Rumah Adat Suku Kajang yang Penuh Makna dan Kesederhanaan

Selain itu, Andingingi juga menjadi simbol penyucian diri. 

Masyarakat Kajang meyakini bahwa kehidupan akan tentram bila hati manusia bersih dari kesombongan dan sifat buruk. 

Karena itu, mereka melaksanakan ritual ini dengan penuh ketulusan, tanpa kemewahan, dan tanpa unsur hiburan berlebihan. 

Semua dilakukan dalam suasana hening dan khusyuk, menandakan bahwa hubungan manusia dengan alam harus dijaga dengan penuh rasa hormat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: