2. Calon Pengantin Ditempatkan di Pelaminan
Calon mempelai, yang telah dirias dengan busana adat Bugis, duduk di pelaminan bersama juru rias atau pendamping. Di hadapannya diletakkan bantal berlapis daun sirih.
3. Peletakan Daun Pacci
Satu per satu perwakilan keluarg⁷a, baik dari pihak ayah maupun ibu, meletakkan daun pacci yang telah dihaluskan ke telapak tangan calon pengantin. Jumlah orang yang memberikan pacci biasanya disesuaikan dengan status sosial keluarga, misalnya 2x7 atau 2x9 orang. Hal ini juga mencerminkan keseimbangan antara dua keluarga besar.
BACA JUGA:Makna dan Filosofi Erau Adat Kutai, Tradisi Kerajaan yang Tetap Lestari
4. Peletakan Pacci di Dahi
Setelah itu, sebagian orang menorehkan pacci di dahi calon mempelai sambil mengucapkan doa agar kehidupan rumah tangga mereka senantiasa diliputi kebahagiaan dan keberkahan.
5. Penaburan Wenno (Beras Putih)
Tahapan terakhir adalah menaburkan beras putih ke arah calon pengantin sebanyak tiga kali sebagai simbol kemakmuran, kesuburan, dan harapan akan masa depan yang cerah.
BACA JUGA:Upacara Adat Badudus Mandaring: Ritual Penyucian Suci Masyarakat Dayak
Makna Sosial dan Spiritualy
Tradisi Mappacci memiliki makna sosial yang kuat. Upacara ini menjadi ajang mempererat hubungan kekeluargaan karena seluruh anggota keluarga dan masyarakat turut serta dalam persiapannya. Kegiatan ini mencerminkan semangat gotong royong yang tinggi di kalangan masyarakat Bugis.
Selain itu, Mappacci juga memiliki makna spiritual yang dalam. Melalui ritual penyucian ini, calon pengantin diingatkan untuk menjalani kehidupan rumah tangga dengan hati yang tulus, menjauhi sifat sombong, dan senantiasa berpegang pada nilai-nilai moral serta ajaran agama.
Nilai-nilai inilah yang membuat Mappacci bukan hanya sekadar tradisi, melainkan juga sarana pembentukan karakter bagi generasi muda Bugis.
BACA JUGA:Pakaian Tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah
Pelestarian di Era Modern