MEDIALAMPUNG.CO.ID - Pada Sabtu, 16 November 2024, Konsul RI Tawau, Aris Heru Utomo, resmi menutup acara puncak Apresiasi Prestasi dan Seni (APSI) 2024 tingkat Sekolah Dasar (SD).
Acara ini berlangsung secara luring di ruang Nusantara Konsulat RI Tawau dan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk staf konsulat, pengurus Dharma Wanita Persatuan, tokoh masyarakat Indonesia di Tawau, guru-guru Community Learning Center (CLC), serta pelajar SD finalis APSI bersama orang tua mereka.
Melalui sambutannya yang disampaikan dengan gaya yang penuh semangat, Konsul RI menyoroti pentingnya mempersiapkan generasi emas Indonesia.
"Mari jadikan Indonesia aman dan tenteram untuk menyongsong generasi emas," katanya melalui pantun pembuka yang menghangatkan suasana.
APSI yang telah menjadi agenda tahunan sejak 2013 terus menjadi ajang penting dalam memupuk potensi pelajar Indonesia, khususnya anak-anak pekerja migran di Sabah.
Tahun ini, kegiatan tersebut melibatkan 407 pelajar dari 32 CLC di wilayah kerja Konsulat RI Tawau, yang meliputi Tawau, Kunak, Lahad Datu, Kalabakan, dan Semporna.
Konsul RI Tawau, Aris Heru Utomo menutup Puncak APSI 2024 tingkat SD--
Mereka berkompetisi dalam 11 jenis perlombaan, baik akademik seperti matematika dan sains, maupun non-akademik seperti seni tari, menyanyi, dan seni kriya.
Konsul RI menyampaikan apresiasi mendalam kepada para guru CLC yang berperan penting dalam pelaksanaan APSI.
“Pujian layak diberikan kepada para guru yang tanpa lelah mendukung pengembangan anak-anak kita,” ucapnya.
Dalam sambutannya, Konsul RI menekankan bahwa prestasi tidak hanya terbatas pada aspek akademik.
Ia mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir yang sering kali hanya mengagungkan prestasi di bidang akademik.
“Saat ini masih banyak yang memandang bahwa keberhasilan siswa hanya dari olimpiade matematika atau sains. Padahal, bidang non-akademik seperti seni dan olahraga juga sangat penting,” jelasnya.
Konsul RI memberikan contoh profesi seperti penyanyi, pelukis, atau atlet yang kini mampu menjadi karier menjanjikan.
Ia juga membandingkan fenomena tersebut dengan masa kecilnya, di mana cita-cita anak-anak biasanya hanya terfokus pada profesi seperti dokter, insinyur, atau tentara.