Sementara itu juga untuk perzinahan yang merupakan sudah menjadi masalah biasa saja. Bahkan ada suami yang sering memerintahkan istrinya untuk tidur dengan laki-laki lain hanya semata-mata karena ingin mendapatkan keturunan mulia dari laki-laki tersebut.
Kelahiran anak perempuan itu menjadi suatu hal yang aib bagi mereka, bahkan juga dikenal di sebagian mereka dengan istilah wa'dul banat (untuk mengubur anak wanita dengan hidup-hidup).
Perjudian dan minuman keras saat itu juga merupakan hal yang sangat lumrah dilakukan di tengah masyarakatnya, bahkan sudah menjadi sumber kebanggaan bagi tersendiri.
Kesimpulannya, untuk kondisi sosialnya sangat parah, hingga Kehidupan disana berlangsung tanpa aturan yang layaknya seperti binatang.
BACA JUGA:Cut Nyak Dien, Pahlawan Wanita dari Aceh yang Tak Pernah Lelah Melawan Penjajah, Ini Kisahnya
Di sisi lain, masyarakat Arab ini merupakan masyarakat pedagang, yang mana sebagian kecil penduduk di pinggir negeri hidup secara bertani dan juga memelihara hewan ternak.
Mereka ini belum mengenal dunia perindustrian pada saat itu. Hasil-hasil produksi yang biasanya mereka dapatkan dari Yaman atau negeri Syam dimana Negeri Syam itu pada masa sekarang ini meliputi dari negara Palestina, Lebanon, Yordan dan Suriah.
Kemiskinan yang cukup mewarnai kehidupan masyarakat pada saat itu, meskipun ada sejumlah pedagang besar dan sangat bangsawan.
Betapa pun demikian, bangsa Arab ini masih memiliki beberapa akhlak yang disebut sangat terpuji, walau kadang yang ditampilkan dengan cara salah.
Diantaranya adalah dengan kedermawanan, memenuhi janji, menjaga kemuliaan jiwa dan pantang dihina, pemberani, lemah lembut, suka menolong dan sangat sederhana.(*)