Mengenal Situs Megalitik Tutari: Jejak Sejarah dan Falsafah Kepemimpinan Purba di Papua

Mengenal Situs Megalitik Tutari: Jejak Sejarah dan Falsafah Kepemimpinan Purba di Papua

Situs Megalitik Tutari menjadi aset budaya yang sangat berharga. -Foto Instagram@natgeoindonesia-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Situs Megalitik Tutari merupakan salah satu warisan budaya penting di Papua yang menyimpan cerita panjang tentang kehidupan, kepercayaan, dan tata kepemimpinan masyarakat prasejarah Sentani. 

Situs ini berada di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura. Lokasinya cukup mudah dijangkau karena hanya berjarak sekitar 10–15 menit dari Bandara Sentani maupun Kantor Bupati Jayapura. 

Meski letaknya dekat dengan pusat aktivitas masyarakat, kawasan ini menyimpan misteri dan nilai historis yang tinggi.

BACA JUGA:Kuasa Hukum Desak Kasus Dwi Putri Diusut sebagai Kejahatan Luar Biasa

Gambaran Umum Situs Tutari

Situs Tutari berada di lereng Bukit Tutari, yang mengarah langsung ke Danau Sentani dan mencapai ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. 

Kawasan ini memiliki luas sekitar 60.000 meter persegi dan dipenuhi oleh bongkahan-bongkahan batu gabro berwarna hitam. 

Batu-batu inilah yang menjadi pusat perhatian para peneliti, karena permukaannya dipenuhi gambar-gambar purba yang dibuat dengan teknik gores.

Menurut para arkeolog dari BRIN, terdapat setidaknya 83 batu besar yang dihiasi lukisan gores. Gambar-gambar ini mencakup berbagai bentuk seperti figur manusia, hewan, motif flora, simbol geometris, hingga benda-benda yang diduga berhubungan dengan budaya masa prasejarah. 

Melihat keberagaman motif tersebut, para ahli meyakini bahwa masyarakat yang hidup ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu memiliki sistem kepercayaan dan struktur sosial yang kompleks.

BACA JUGA:Tarian Kipas Pakarena: Warisan Lembut dari Tanah Gowa

Makna Nama “Tutari”

Nama “Tutari” berasal dari bahasa Sentani dan tersusun dari dua kata, yaitu tu dan tari. Tu berarti matahari, sementara tari berarti lingkaran. 

Jika digabungkan, Tutari dapat dipahami sebagai “matahari di tengah lingkaran”. Makna ini tidak sekadar penamaan, tetapi mengandung filosofi yang sangat dalam. Matahari, bagi masyarakat Sentani kuno, dianggap sebagai simbol pemimpin atau pusat kehidupan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: