Mengenal Situs Megalitik Tutari: Jejak Sejarah dan Falsafah Kepemimpinan Purba di Papua
Situs Megalitik Tutari menjadi aset budaya yang sangat berharga. -Foto Instagram@natgeoindonesia-
BACA JUGA:UMKM Harus Tahu, Begini Cara Lolos Pengajuan KUR BRI 2025 di Bulan Desember
Peneliti menjelaskan bahwa dalam kebudayaan tradisional Sentani, gambaran matahari sering diibaratkan seperti wadah tanah liat yang didukung oleh anyaman rotan berbentuk lingkaran.
Wadah tanah liat diumpamakan sebagai pemimpin, sedangkan anyaman rotan yang menyangga merupakan simbol masyarakat yang menopang pemimpin tersebut.
Tanpa dukungan rakyat, pemimpin tidak akan mampu berdiri kokoh.
Simbolisme ini kemudian menjadi petunjuk penting bahwa masyarakat prasejarah di wilayah Sentani telah mengenal struktur kepemimpinan yang teratur dan memiliki nilai-nilai filosofis yang diwariskan hingga kini.
BACA JUGA:Hasil Seleksi JPTP Lampung Barat 2025 Resmi Dirilis, Ini Daftar Nilai Tertinggi
Sistem Kepemimpinan Tradisional: Peran Ondoafi
Dalam budaya masyarakat Sentani, pemimpin tertinggi disebut Ondoafi. Ondoafi bukan sekadar kepala suku, melainkan pemegang otoritas adat yang bertanggung jawab atas kesejahteraan, keamanan, dan keharmonisan masyarakatnya.
Ondoafi memimpin lima kose, yaitu para pemimpin kelompok yang membantu menjalankan aturan adat.
Setiap kose membawahi beberapa akona atau kepala keret (marga-marga kecil) yang menjadi bagian struktur sosial masyarakat Sentani.
BACA JUGA:Eks Peratin Sukarame Ditahan, Penyidik Temukan Dugaan Korupsi Dana Desa Rp272 Juta
Posisi Ondoafi dianggap suci karena memiliki hubungan erat dengan leluhur dan dipercaya sebagai perpanjangan tangan untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Dalam falsafah Sentani, Ondoafi digambarkan sebagai matahari—sumber cahaya, pengarah kehidupan, dan pemersatu masyarakat. Nilai-nilai inilah yang tercermin dalam makna situs Tutari.
Menurut penuturan para peneliti, gambar-gambar pada batu di Tutari menjadi semacam “pesan” dari leluhur tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya berlaku.
Pemimpin ideal harus mampu mendengar aspirasi rakyatnya, menjaga kestabilan, serta menjadi tumpuan harapan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




