8 Tradisi di Demak sebagai Warisan Agama dan Budaya
Salah satu tradisi di Demak menunjukkan bahwa Demak bukan hanya kaya akan peninggalan sejarah, tetapi juga memiliki kekayaan budaya yang lahir dari perpaduan harmonis antara ajaran Islam dan budaya lokal. - Foto Pixabay--
BACA JUGA:Ribuan Ikan Mati di Teluk Tuba, 14 Ton Limbah Dibersihkan Cegah Pencemaran Danau Ranau
5. Sekaten
Sekaten di Demak merupakan rangkaian acara untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satu ritual utamanya adalah memandikan gong yang dianggap sebagai pusaka budaya.
Air bekas memandikan gong diyakini masyarakat memiliki nilai berkah dan dapat membantu menyembuhkan penyakit tertentu.
Tradisi ini menjadi bukti kuatnya peran budaya dalam memperkenalkan ajaran Islam. Selain prosesi sakral, biasanya terdapat pasar rakyat dan berbagai hiburan yang menambah kemeriahan acara.
BACA JUGA:Bappeda Lampung Barat Dinilai Gagal Dalam Perencanaan Penanganan Stunting
6. Megengan
Megengan atau yang sering disebut dandangan adalah tradisi menyambut datangnya bulan Ramadan.
Pada masa lalu, setiap keluarga menggelar kenduri di rumah masing-masing untuk berdoa bersama agar diberi kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa.
Seiring perkembangan zaman, tradisi Megengan kini lebih sering dilakukan di masjid atau mushala. Warga membawa makanan untuk dimakan bersama, menciptakan suasana kebersamaan menjelang datangnya bulan suci.
BACA JUGA:BK DPRD Bandar Lampung Jadwalkan Pemeriksaan Anggota Dewan Terkait Dugaan Pelanggaran Etik
7. Nyadran
Nyadran berasal dari kata “sadran” yang berarti ziarah atau nyekar. Tradisi ini dilaksanakan dengan mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan pusara, menabur bunga, dan memanjatkan doa.
Nyadran biasanya dilakukan menjelang Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini mengajarkan penghormatan kepada orang tua dan leluhur, serta mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga hubungan antar generasi melalui doa-doa kebaikan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




