Telempong Unggan: Kesenian Musik Tradisional dari Sijunjung

Telempong Unggan: Kesenian Musik Tradisional dari Sijunjung

Telempong Unggan adalah salah satu warisan budaya berharga dari masyarakat Minangkabau di Sijunjung. Foto:Instagram@westsumaterapam--

Telempong Unggan menjadi pengiring dalam acara-acara sakral, seperti pernikahan adat Minang, prosesi batagak penghulu, atau penyambutan tamu kehormatan. Irama yang dimainkan memberi nuansa khidmat sekaligus meriah.

BACA JUGA:Tradisi 17 Agustusan di Nusantara: Meriah, Sederhana, dan Penuh Makna

2. Sarana Kebersamaan

Karena dimainkan secara berkelompok, Telempong Unggan menjadi wadah yang mempererat hubungan sosial. Para pemain harus bekerja sama agar tercipta irama yang harmonis, sehingga mencerminkan nilai gotong royong masyarakat Minang.

3. Identitas Kultural

Telempong Unggan bukan sekadar kesenian biasa, tetapi juga simbol identitas masyarakat Unggan. Melalui musik ini, mereka menunjukkan jati diri sekaligus membedakan diri dari kelompok Minangkabau di daerah lain.

BACA JUGA:Simpolong Tattong: Gelung Bugis yang Menyimpan Nilai Keindahan dan Kekuatan

Keunikan yang Membuatnya Istimewa

Setiap kesenian memiliki ciri khas, begitu pula Telempong Unggan. 

Beberapa hal yang membuatnya berbeda antara lain:

  • Jumlah pemain yang banyak sehingga menghasilkan suara kolektif yang meriah.
  • Irama ritmis dan cepat yang membuat suasana acara terasa penuh semangat.
  • Keterkaitan erat dengan adat istiadat, sehingga kesenian ini tidak hanya bersifat hiburan, tetapi juga memiliki makna sosial dan spiritual.

BACA JUGA:Pertunjukan Tari Terinspirasi dari Perjuangan Suku Sawang di Bangka Belitung

Nilai Filosofi dalam Telempong Unggan

Telempong Unggan tidak hanya menyajikan harmoni bunyi, tetapi juga menyampaikan filosofi hidup masyarakat Minangkabau. 

Bunyi yang muncul dari setiap gong kecil melambangkan peran individu dalam kehidupan sosial. Masing-masing memiliki tugas berbeda, tetapi jika dimainkan bersama-sama akan menciptakan harmoni. 

Filosofi ini sejalan dengan pepatah Minang “dima bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang”, yang menekankan pentingnya kebersamaan dan saling melengkapi dalam bermasyarakat.

BACA JUGA:Mengenal Tari Magunatip, Tarian Tradisional Dayak Penuh Makna

Tantangan dan Upaya Pelestarian

Seperti banyak kesenian tradisional lain, Telempong Unggan menghadapi tantangan besar di era modern. Gempuran musik populer, berkurangnya minat generasi muda, serta minimnya perhatian sebagian masyarakat membuat kesenian ini berisiko terlupakan.

Meski begitu, sejumlah langkah pelestarian telah dilakukan, di antaranya:

  • Festival Budaya: Pemerintah daerah dan komunitas seni kerap menampilkan Telempong Unggan dalam berbagai acara, baik tingkat lokal maupun nasional.
  • Pendidikan Seni di Sekolah: Beberapa sekolah di Sijunjung mengenalkan alat musik tradisional, termasuk Telempong Unggan, kepada pelajar.
  • Komunitas Seniman Lokal: Kelompok-kelompok seni membentuk wadah latihan rutin agar generasi muda tetap akrab dengan musik tradisional ini.

BACA JUGA:Asal-Usul Budaya Arisan di Indonesia

Telempong Unggan di Era Modern

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: