Tradisi Bau Nyale di Nusa Tenggara Barat
ILUSTRASI: Tradisi Bau Nyale di Lombok, ritual budaya unik terinspirasi legenda Putri Mandalika--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Indonesia dikenal sebagai negeri yang memiliki banyak warisan budaya. Hampir setiap daerah mempunyai adat istiadat dan ritual yang khas, termasuk masyarakat Lombok di Nusa Tenggara Barat.
Salah satu tradisi yang masih bertahan hingga saat ini adalah Bau Nyale, sebuah perayaan tahunan yang selalu ditunggu masyarakat setempat maupun wisatawan.
Tradisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari cerita rakyat tentang Putri Mandalika. Konon, sang putri adalah anak raja yang rupawan dan menjadi rebutan banyak pangeran.
Karena tidak ingin kehadirannya menimbulkan peperangan, ia memilih jalan pengorbanan dengan menjatuhkan diri ke laut selatan Lombok. Setelah diyakini tubuhnya berubah menjadi cacing laut yang berwarna-warni dikenal sebagai nyale.
BACA JUGA:Leuwi Tonjong, Pesona Tebing dan Sungai di Garut
Kisah ini memberikan pelajaran penting tentang kerelaan berkorban demi keharmonisan rakyat. Hingga sekarang, masyarakat Sasak memandang Putri Mandalika sebagai simbol cinta kasih dan pengabdian seorang pemimpin.
Perayaan Bau Nyale berlangsung setahun sekali, biasanya antara Februari ataupun Maret. Penentuan tanggal dilakukan melalui perhitungan tradisional yang disebut warige, semacam kalender adat yang diwariskan secara turun-temurun.
Pantai Seger di kawasan Mandalika, Lombok Tengah, menjadi pusat utama acara ini. Namun, beberapa pantai lain di Lombok juga bisa menjadi tempat munculnya nyale.
Ketika hari pelaksanaan, ribuan orang berkumpul sejak dini hari untuk menantikan kemunculan nyale dari celah karang ketika air laut sedang surut.
BACA JUGA:HUT ke-80 RI di Istana Merdeka, Artis Tampil Memukau dengan Busana Adat
Ketika waktu yang ditunggu tiba, masyarakat beramai-ramai turun ke laut dengan membawa jaring, ember, atau alat sederhana lainnya.
Nyale yang muncul dalam jumlah besar ditangkap secara beramai-ramai. Hasil tangkapan ini kemudian ada yang langsung dimakan, ada pula yang dimasak terlebih dahulu.
Bagi orang Sasak, nyale tidak hanya sekadar cacing laut, melainkan diyakini membawa keberuntungan.
Banyak yang percaya jumlah nyale yang melimpah adalah pertanda baik saat musim tanam serta musim panen.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





