Festival Krakatau: Simfoni Budaya dan Pariwisata Lampung yang Memikat Dunia

Festival Krakatau: Simfoni Budaya dan Pariwisata Lampung yang Memikat Dunia

Festival Krakatau adalah cermin bagaimana tradisi bisa dirayakan secara inklusif dan progresif. Foto:Instagram@akunrino--

BACA JUGA:Legenda Aji Saka: Asal-Usul Aksara Jawa dan Makna Kesetiaan

Dalam tradisi sekura, para penari memakai topeng unik yang disebut tupping sebagai simbol penyamaran dan keberanian, yang berasal dari cerita-cerita rakyat masa lalu. 

Topeng ini dulunya digunakan oleh para pejuang Lampung untuk menyamarkan identitas dalam pertempuran.

Tidak ketinggalan, festival ini juga menampilkan parade marching band, atraksi dari barisan polisi cilik, serta berbagai pameran produk kreatif lokal dan kuliner khas Lampung.

Penonton juga dapat menikmati pertunjukan dari para desainer lokal yang memperagakan busana kreasi berbahan tapis dengan sentuhan modern. 

BACA JUGA:Wayang Kulit: Seni Tradisional Indonesia yang Mendunia

Perpaduan tradisi dan kreativitas ini menciptakan nuansa perayaan yang tak hanya meriah, tetapi juga membanggakan.

Salah satu yang paling berkesan dari festival tersebut berlangsung pada Oktober 2012. Saat itu, Festival Krakatau edisi ke-22 dibuka langsung oleh Gubernur Lampung dan dihadiri oleh 22 duta besar dari negara-negara sahabat. 

Rangkaian acara dilangsungkan selama sepekan penuh, dari tanggal 6 hingga 13 Oktober, dan melibatkan ribuan peserta dari berbagai kabupaten dan kota di Lampung.

Dalam perayaan tersebut, parade budaya dihiasi oleh berbagai elemen visual yang memukau. 

BACA JUGA:Yadnya Kasada: Ritual Sakral Suku Tengger di Pelataran Gunung Bromo

Busana tradisional dan kontemporer ditampilkan berdampingan dalam satu jalur parade, mencerminkan semangat inklusif antara masa lalu dan masa kini. 

Tidak hanya penampilan manusia, atraksi gajah dari Taman Nasional Way Kambas juga ikut memeriahkan suasana, menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam yang menjadi prinsip hidup masyarakat Lampung.

Festival Krakatau bukan hanya tentang hiburan. Ia adalah wujud nyata bagaimana budaya lokal bisa menjadi daya tarik global. 

Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat—seniman, pelaku UMKM, pelajar, aparat keamanan, hingga wisatawan—festival ini menjadi ruang kolaboratif untuk memupuk rasa bangga terhadap kearifan lokal.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: