Batik Pekalongan: Warisan Budaya Penuh Warna dari Pesisir Jawa

Batik Pekalongan bukan sekadar produk kain bermotif indah, namun perwujudan dari semangat masyarakat pesisir yang terbuka terhadap dunia luar, namun tetap memegang erat akar budayanya. Foto: Instagram@bac_dan_tbkainbatik--
BACA JUGA:Del Monte Goyah di Usia 138 Tahun, Tergerus Zaman dan Tercekik Utang
Namun, karena letaknya yang strategis sebagai daerah perdagangan, pengaruh budaya luar sangat terasa.
Misalnya, motif jlamprang yang berakar dari unsur Islam dan budaya Timur Tengah, atau motif encim dan klengenan yang menggambarkan pengaruh budaya Tionghoa.
Bahkan di masa pendudukan Jepang, muncul motif bernama jawa hokokai yang memiliki kesan mirip dengan pola-pola pada kimono.
Motif-motif tersebut tidak hanya berhenti sebagai pola estetika. Mereka juga menjadi simbol dari perubahan zaman dan situasi sosial masyarakat saat itu.
BACA JUGA:IHSG Lesu Tiga Hari Berturut, Investor Asing Masih Tahan Diri
Contohnya, pada era 1960-an muncul motif tritura, yang merujuk pada situasi politik saat itu, dan di era modern dikenal pula motif tsunami yang menggambarkan peristiwa bencana besar.
Industri batik di Pekalongan mengalami kemajuan pesat pada pertengahan abad ke-20. Saat itu banyak koperasi batik didirikan untuk meningkatkan produksi dan distribusi.
Wilayah seperti Setono, Buaran, Pekajangan, dan Pringlangu berkembang menjadi pusat industri batik.
Tidak hanya membuat batik, beberapa tempat tersebut juga memproduksi kain mori, yakni bahan dasar batik.
BACA JUGA:Pemprov Lampung Tegaskan Dukungan Penuh Pembentukan Kodam XX/Radin Inten
Meskipun pada akhir abad ke-20 industri batik tradisional sempat terguncang akibat hadirnya batik printing (cetak) dan penggunaan pewarna sintetis, para pengrajin di Pekalongan berhasil bertahan dengan berinovasi.
Mereka mengembangkan teknik pewarnaan colet, yaitu menyapukan warna dengan kuas untuk mempercepat proses tanpa mengurangi kualitas. Teknik ini memungkinkan batik tetap terlihat alami namun bisa dibuat lebih efisien.
Saat banyak daerah lain mengalami kemunduran dalam industri batik, Pekalongan justru mampu mempertahankan eksistensinya.
Ratusan usaha batik skala rumahan masih bertahan dan menjadi tulang punggung ekonomi lokal hingga saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: