IHSG Lesu Tiga Hari Berturut, Investor Asing Masih Tahan Diri

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia. Foto Fakultas Ekonomi dan Bisnis--
MEDIALAMPUNG.CO.ID — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan melemah selama tiga hari terakhir.
Meskipun sempat dibuka menguat, indeks acuan utama pasar modal Indonesia terus terseret ke zona merah, mengindikasikan tekanan pasar yang belum mereda.
Pada perdagangan Jumat (4 Juli 2025), IHSG sempat mencatat penguatan sebesar 0,5 persen. Namun, pergerakan tersebut tidak bertahan lama.
Indeks kembali terperosok dan bertengger di level 6.861,93. Sejak 19 Juni lalu, IHSG belum juga mampu menembus kembali level psikologis 7.000.
BACA JUGA:Pemprov Lampung Tegaskan Dukungan Penuh Pembentukan Kodam XX/Radin Inten
Fenomena ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan jual dari investor asing. Ketidakpastian baik dari sisi global maupun domestik menjadi penyebab utama lesunya pasar.
Belum adanya sentimen fundamental yang kuat dari laporan kinerja emiten juga menambah beban pasar yang sedang kehilangan arah.
Dalam tiga hari terakhir, IHSG bergerak dalam pola sideways—yakni bergerak naik turun dalam rentang sempit antara 6.820 hingga 6.980. Pergerakan ini mengindikasikan kondisi pasar yang stagnan dan penuh kehati-hatian.
Mayoritas investor masih memilih bersikap menunggu atau wait and see, sembari mencermati arah kebijakan dan kondisi makro ekonomi.
BACA JUGA:Riswan Efendi Nahkodai sebagai Penjabat Camat Jatiagung
Salah satu faktor utama yang menahan laju indeks adalah aktivitas jual bersih dari investor asing.
Kekhawatiran terhadap kebijakan suku bunga global, khususnya dari Amerika Serikat, serta belum pastinya arah kerja sama ekonomi antara AS dan Indonesia, turut membatasi aliran dana asing ke pasar domestik.
Selain itu, kinerja saham sektor perbankan—yang biasanya menjadi favorit investor asing—juga tercatat melemah.
Minimnya pilihan saham unggulan dengan performa solid di tengah ukuran pasar Indonesia yang relatif kecil membuat aliran dana asing semakin selektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: