Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan

Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan

Tradisi Mekare-kare: Simbol Keberanian Salah satu ritual adat paling terkenal dari Tenganan adalah mekare-kare atau perang pandan, yang digelar setiap tahun dalam upacara keagamaan besar bernama Ngusaba Sambah. Foto:Instagram@halopejati--

BACA JUGA:Festival Krakatau: Simfoni Budaya dan Pariwisata Lampung yang Memikat Dunia

Ayunan tersebut dibuat khusus untuk ritual ini dan hanya digunakan dalam acara tertentu setelah melalui proses penyucian.

Filosofi di balik Mayunan adalah siklus hidup yang berputar, seperti roda yang membawa seseorang ke atas maupun ke bawah. 

Dengan mengikuti upacara ini, para gadis diajak memahami bahwa hidup tak selalu berada di puncak, dan harus siap menghadapi segala perubahan.

Sebelum mengikuti Mayunan, para gadis melakukan persembahan di tempat suci di perbukitan. 

Prosesi ini dilaksanakan pagi-pagi sekali, dimulai dengan berjalan kaki menyusuri hutan, mengenakan busana adat khas desa.

BACA JUGA:Gamolan Pekhing: Instrumen Musik Bambu Khas Lampung yang Mendunia

Yang menarik dari Tenganan adalah bagaimana masyarakatnya berhasil menjaga nilai adat tanpa menutup diri dari perkembangan zaman. 

Anak-anak diajarkan tentang budaya sejak kecil, baik dalam bentuk permainan tradisional, tarian, maupun pelibatan langsung dalam upacara.

Warga yang merantau ke kota tetap menjunjung tinggi adat istiadat mereka. Setiap kali ada perayaan besar, mereka akan kembali ke desa untuk berpartisipasi dan berkumpul bersama keluarga.

Tenganan juga menerima wisatawan, namun dengan batasan tertentu agar tidak mengganggu kesakralan desa. 

BACA JUGA:Tari Boboko Mangkup: Simbol Ketahanan Pangan dalam Balutan Gerak Seni Sunda

Pengunjung dapat menyaksikan langsung proses pembuatan kain Gringsing, menyaksikan upacara, dan belajar mengenai nilai-nilai kehidupan masyarakat Bali Aga.

Tenganan Pegringsingan adalah cermin dari kekayaan budaya Indonesia yang masih lestari hingga kini.

Kain Gringsing, perang pandan, dan Mayunan bukan sekadar ritual, tetapi juga lambang identitas dan jati diri masyarakatnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: