Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan

Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan

Tradisi Mekare-kare: Simbol Keberanian Salah satu ritual adat paling terkenal dari Tenganan adalah mekare-kare atau perang pandan, yang digelar setiap tahun dalam upacara keagamaan besar bernama Ngusaba Sambah. Foto:Instagram@halopejati--

BACA JUGA:Bambu Gila: Permainan Tradisional Bernuansa Mistis dari Maluku

Warna-warna yang digunakan berasal dari bahan alami seperti akar dan kulit kayu, menghasilkan nuansa merah tua, hitam, dan kuning. Setiap motif mengandung makna filosofis, seperti keseimbangan, perlindungan, atau harapan baik.

Kini, meskipun tergolong langka, kain Gringsing mulai dilirik kembali oleh generasi muda yang mempromosikannya melalui media sosial dan toko daring, sebagai langkah pelestarian budaya sekaligus pengembangan ekonomi desa.

Salah satu ritual adat paling terkenal dari Tenganan adalah mekare-kare atau perang pandan, yang digelar setiap tahun dalam upacara keagamaan besar bernama Ngusaba Sambah. 

Ritual ini dilakukan untuk menghormati dewa perang dan mengenang keberanian para leluhur.

BACA JUGA:Tari Legenda Danau Ranau: Kisah Alam yang Dihidupkan Lewat Gerakan

Dalam pelaksanaannya, para lelaki bertarung satu lawan satu menggunakan daun pandan berduri yang dibentuk seperti gada. 

Mereka bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain adat, lalu saling memukul selama satu menit. 

Meskipun terlihat keras, tidak ada kebencian dalam pertarungan ini, karena tujuannya adalah spiritual dan simbolik.

Setelah selesai, luka-luka yang timbul akan diobati menggunakan ramuan tradisional dari kunyit dan rempah lain yang bersifat antiseptik. 

BACA JUGA:Egrang: Permainan Tradisional yang Mengajarkan Keseimbangan Hidup

Ritual ini menjadi ajang pembuktian kedewasaan, sekaligus wadah pembelajaran tentang nilai keberanian dan sportifitas.

Acara ini diiringi alunan musik tradisional gamelan Selonding, dimainkan oleh musisi khusus yang telah melewati proses penyucian dan pelatihan. Suasana khidmat dan meriah menyatu dalam semangat kebersamaan desa.

Tidak hanya para pemuda, para gadis remaja desa juga memiliki peran penting dalam upacara adat. Mereka mengikuti upacara Mayunan, sebuah tradisi yang menandai peralihan dari masa remaja menuju kedewasaan.

Upacara ini dilakukan dengan menaiki ayunan kayu besar berbentuk kincir, yang diputar oleh pemuda desa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: