Legenda Pengorbanan Seorang Ibu dari Tanah Gayo, Atu Belah Atu Bertangkup

BACA JUGA:Rencong: Senjata Tradisional Aceh yang Sarat Makna

Ia sempat melihat tujuh helai rambut ibunya tertinggal di dekat batu. Rambut itu kemudian mereka simpan sebagai kenang-kenangan dan dijadikan jimat.

Konon, setelah sang ibu ditelan batu, langit menjadi gelap, angin bertiup kencang, dan hujan deras turun mengguyur hutan. 

Alam seakan turut berduka atas penderitaan yang dialami oleh sang ibu dan anak-anaknya. 

Batu tersebut menjadi saksi bisu dari kisah tragis tentang cinta, pengorbanan, dan juga penyesalan.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Jawa Timur 'Ande-Ande Lumut': Kisah Cinta dan Ujian Kehormatan

Kisah Atu Belah Atu Bertangkup bukan sekadar dongeng pengantar tidur. Cerita ini sarat dengan pelajaran hidup yang mendalam. 

Pertama, kisah ini mengingatkan kita pentingnya kehati-hatian dalam bertindak. Kelalaian kecil seperti lupa menutup pintu lumbung bisa berujung pada bencana besar bagi orang lain.

Kedua, cerita ini mengajarkan arti dari sebuah pengorbanan. Sosok ibu dalam kisah ini menggambarkan cinta yang tak terukur, rela mengorbankan dirinya demi anak-anaknya meskipun akhirnya harus kehilangan segalanya. Ia memilih menghilang agar tidak menjadi sumber pertengkaran lagi dalam keluarganya.

Terakhir, kisah ini juga mengandung pesan tentang pentingnya sifat pemaaf. Sang ayah yang keras kepala menjadi penyebab utama dari tragedi ini. 

BACA JUGA:Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan

Andai saja ia bisa mengendalikan amarahnya dan memahami bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan, mungkin keluarganya tidak harus tercerai berai.

Hingga kini, masyarakat Gayo masih percaya pada legenda ini dan menjadikan Batu Atu Belah sebagai salah satu tempat yang sarat makna spiritual.

Kisah ini terus diceritakan dari generasi ke generasi, menjadi simbol cinta kasih seorang ibu dan pengingat bahwa emosi yang tidak terkontrol bisa membawa petaka besar.

Legenda Atu Belah Atu Bertangkup menjadi salah satu warisan budaya tak ternilai dari Aceh. Cerita ini hidup dalam memori kolektif masyarakat dan menjadi bagian dari identitas daerah yang kaya akan nilai-nilai moral, spiritualitas, dan kearifan lokal.(*)

Sumber: