Transformasi BRI: Dari Masa Kolonial Hingga Jadi Bank Terbesar di Asia Tenggara

Transformasi BRI: Dari Masa Kolonial Hingga Jadi Bank Terbesar di Asia Tenggara

--

Seiring waktu, BRI mulai melayani masyarakat umum dan berkembang menjadi model bagi lembaga keuangan lainnya di Hindia Belanda. 

Pada tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mengakui BRI sebagai lembaga yang berperan besar dalam perekonomian rakyat. 

Pada masa itu, BRI memperluas jangkauan layanan dengan membuka cabang di berbagai wilayah, terutama untuk mendukung sektor pertanian, perdagangan kecil, dan ekonomi rakyat lainnya. 

Fokus utamanya tetap pada pemberian kredit mikro untuk rakyat kecil di pedesaan, menciptakan fondasi ekonomi masyarakat.

 

Masa Pendudukan Jepang dan Nasionalisasi BRI

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, BRI dan berbagai lembaga keuangan lainnya dihentikan oleh pemerintah militer Jepang. 

Namun, setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, BRI kembali dibuka pada 22 Februari 1946 sebagai bank pemerintah dengan nama Bank Rakyat Indonesia. 

Peran BRI semakin strategis dalam membiayai berbagai kebutuhan pembangunan nasional, terutama setelah Indonesia memperoleh kedaulatan penuh.

Pada era ini, BRI berkontribusi besar dalam pemulihan ekonomi pasca-perang dan membantu pemerintah dalam membangun kembali infrastruktur keuangan yang diperlukan untuk menunjang ekonomi Indonesia yang merdeka.

 

Ekspansi dan Modernisasi di Era Orde Baru

Pada masa Orde Baru, BRI mendapatkan izin dari pemerintah untuk menjalankan program Kredit Usaha Tani (KUT) yang bertujuan mendukung sektor pertanian Indonesia. 

Selain itu, BRI juga menjadi pelaksana utama program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditujukan untuk membantu sektor UMKM, memberikan kesempatan kepada usaha kecil dan menengah untuk mendapatkan akses pembiayaan yang lebih mudah.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, BRI melakukan modernisasi besar-besaran pada sistem perbankan mereka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: