Dampak El Nino BPBD Lampung Sebut Tiga Daerah Paling Berisiko Tinggi Kekeringan

Dampak El Nino BPBD Lampung Sebut Tiga Daerah Paling Berisiko Tinggi Kekeringan

Humas BPBD Provinsi Lampung, Wahyu Hidayat --

Maka dari itu pihaknya menyiapkan strategi penanganan jangka panjang untuk menghadapi ancaman ini. 

"Ini bukan pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan cepat. Penanganan kekeringan dan karhutla memerlukan stamina dan ketahanan yang kuat. Kita harus siap untuk menghadapi tantangan ini dengan kerja keras dan sinergi yang berkelanjutan," jelasnya.

BACA JUGA:Keringanan PKB dan BBNKB Dibuka Besok, Plt Bapenda Lampung Sebut Kesiapan Sudah 100 Persen

BACA JUGA:Pj Gubernur Samsudin Tekankan Netralitas ASN Pada Penyelenggaraan Pilkada di Pesisir Barat

Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi kondisi ini, BPBD Provinsi Lampung juga mengumpulkan seluruh BPBD kabupaten dan kota se-Provinsi Lampung untuk membahas persiapan pengukuran Indeks Ketahanan Daerah (IKD).

"IKD ini akan menjadi tolok ukur kesiapan setiap daerah dalam menghadapi berbagai bencana, termasuk yang dipicu oleh cuaca ekstrem akibat El Nino, " jelasnya.

Pihaknya juga telah memiliki kajian risiko bencana dan data-data tersebut menjadi acuan dalam menentukan langkah antisipasi yang tepat untuk daerah-daerah yang lebih rentan terhadap kekeringan harus lebih waspada dan aktif dalam menyiapkan mitigasi yang diperlukan.

Ia juga menekankan bahwa penanganan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan. 

BACA JUGA:Pj Gubernur Samsudin Tekankan Netralitas ASN dalam Pilkada Serentak 2024 di Lampung Barat

BACA JUGA:Kunjungi Lampung Barat, Pj Gubernur Samsudin Dorong Semua Pihak Tingkatkan Upaya Penanggulangan Stunting

Pendekatan multistakeholder sangat penting, terutama dalam hal penyediaan bantuan untuk sektor pertanian yang terdampak kekeringan. 

Kemudian mengarahkan agar masyarakat memeriksa ketersediaan asuransi pertanian melalui Dinas Pertanian bagi lahan yang berpotensi mengalami gagal panen akibat bencana.

"Ini baru permulaan dari sebuah lari maraton yang panjang. Kami memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada Januari-Februari 2025 mendatang. Oleh karena itu, kita harus siap menghadapi kondisi yang mungkin akan semakin sulit dalam beberapa bulan ke depan," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: