Tanda-tanda di Dedaunan Memperlihatkan akan Kiamat Semakin Dekat

Tanda-tanda di Dedaunan Memperlihatkan akan Kiamat Semakin Dekat

--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Ada sejumlah peneliti di AS menemukan tanda-tanda jelas dunia sudah menghadapi malapetaka. Tanda-tanda itu sudah terlihat di dedaunan.

Dan juga menjadi salah satu indikator karena menjadi tempat fotosintesis dengan menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer. 

Karena itu, hutan pun terkenal sebagai paru-paru dunia, namun keberlangsungan ini terancam karena panasnya temperatur, membuat proses fotosintesis berhenti.

Penelitian oleh Gregory Goldsmith dari Chapman University di California beserta timnya, menemukan beberapa bagian hutan tropis mendekati batas temperatur, sehingga mengganggu proses fotosintesis.

BACA JUGA:Ini Estimasi Gaji PPPK Golongan XIII Tahun 2024 Setelah Kenaikan 8 Persen

"Studi kini menunjukkan bahwa dedaunan di hutan tropis di tempat dan waktu tertentu telah menembus batas temperatur kritis," kata Goldsmith.

Pohon di hutan tropis bisa menjalankan proses fotosintesis di suhu hingga 46,7 derajat Celcius.

Tetapi para peneliti juga menjelaskan kemampuan spesies berbeda bergantungan kepada populasi hutan, jumlah daun di pohon serta di kanopi.

Tim Northern Arizona University menggunakan data suhu permukaan Bumi dari ECO STRESS NASA guna mencari tahu dedaunan di hutan tropis yang "kepanasan" hingga tak bisa berfotosintesis.

BACA JUGA:DP3AKB Pesisir Barat Dampingi Sidang Anak Korban Kekerasan di Pengadilan

Data yang dikumpulkan dari pantauan satelit pada periode 2018-2020 yang kemudian di validasi dengan sensor di permukaan yang ditempatkan di puncak pohon lima hutan di Brasil, Puerto Rico, Panama, dan Australia.

Dari Hasil analisa mereka juga menunjukkan temperatur di kanopi hutan memuncak di suhu 34 derajat Celcius pada musim kering, meskipun sebagian daun mencapai di suhu 40% derajat Celcius. 

Sebagian kecil daun, yaitu 0,01% dari sampel melampaui temperatur kritis (46, 7 derajat Celcius) paling tidak sekali sepanjang musim kering.

"Meski masih jarang, temperatur ekstrim bisa berdampak bencana kepada fisiologi daun. Bisa juga digolongkan sebagai peristiwa berdampak luar biasa dengan probabilitas rendah," tulis laporan penelitian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: