Berikut Penyebab Sulitnya Penjualan Ikan Nila di Kabupaten Lambar

Berikut Penyebab Sulitnya Penjualan Ikan Nila di Kabupaten Lambar

--

LAMBAR, MEDIALAMPUNG.CO.ID - Terpantau sulitnya penjualan ikan nila dan berdampak anjloknya yang mengancam kerugian besar bagi para petani ikan di Kabupaten Lampung Barat.

Disebabkan oleh beberapa faktor, dan keadaan yang terjadi perlu dijadikan pengalaman bagi peternak ikan untuk mencegah kerugian.

Berdasarkan keterangan dari beberapa pengusaha ikan di Kecamatan Kebun Tebu, faktor sulitnya penjualan dan turunnya harga karena hampir semua daerah penghasil ikan sedang masa panen. 

Seperti ikan yang datang di pasaran dari Lubuk Linggau Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Riau dan di skup Provinsi Lampung di Bukit Kemuning Lampung Utara dan Lampung Timur.

BACA JUGA:Gubernur Lampung Arinal : Integrasi Transportasi Kunci Sukses Pariwisata Lampung

Dimana wilayah-wilayah penghasil ikan air tawar tersebut jarak tempuh lebih mudah dan lebih dekat dalam penjualan kepada konsumen. Sehingga agen ikan yang selama ini menjadi pembeli di wilayah Kabupaten Lampung Barat lebih memilih pembelian di wilayah tersebut.  

Dikatakan salah satu petani penyebab lain akibat turunnya harga jual, karena petani juga menunggu harga jual yang stabil yakni Rp23.000/ Kg, yang mengalami terus turun hingga sekarang Rp19.500/Kg. 

Sebelumnya, para peternak ikan nila di beberapa wilayah, di Kabupaten Lampung Barat mengalami kerugian hal itu dikarenakan sulitnya penjualan yang juga di per keruh dengan turunnya harga jual.

Seperti di Kecamatan Kebun Tebu, sejak beberapa tahun belakangan ini banyak masyarakat yang mengembangkan usaha peternakan ikan nila, bahkan tidak sedikit lahan persawahan padi di alih fungsikan menjadi kolam ternak ikan, karena omzetnya cukup menjanjikan. 

BACA JUGA:DLH Lampung Barat-UPTD KPH Liwa akan Melaksanakan Inventarisasi Kawasan Berpotensi Sebagai Ruang Terbuka Hijau

Di kemukakan salah satu pengusaha ikan di Kecamatan Kebun Tebu M. Nasir, dengan mendapatkan keuntungan hanya waktu empat sampai lima bulan sekali panen, di dukung dengan keberadaan wilayah yang memang cocok untuk budidaya ikan dengan luasnya lahan dan air bersih pegunungan, untuk menghasilkan ikan yang segar dan gemuk. 

Namun, sejalan waktu sejak beberapa bulan terakhir, ikan yang sudah siap panen. Yang biasanya mudah di jual pada agen langganan masing-masing. Untuk menjualnya menjadi sulit bahkan harus antri dalam waktu lama bahkan lebih dari satu bulan.

Keadaan itu disebabkan pembeli di pasar mengalami penurunan, sedangkan stok ikan di petani terus bertambah dengan banyaknya kolam ikan yang kapasitas budidayanya hingga puluhan ton. 

BACA JUGA:Bentrok Petani Dengan Pihak PT KCMU, Warga Alami Luka Bacok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: