Sekura, Kebudayaan Topeng Khas Lampung Lintas Zaman

Sekura, Kebudayaan Topeng Khas Lampung Lintas Zaman

Ilustrasi Monumen Sekura Bumi Sekala Bekhak--

BACA JUGA:Dapunta Pesagi Seminung, Legenda Aji Saka dan Persebaran Peradaban Sansekerta di Nusantara

Sekura Kamak merupakan perwujudan dari nafsu dan ekspresi kebatinan manusia meliputi karakter orang bijak pandai, seseorang yang dituakan, ekspresi kesedihan, keriaan dan atau kegilaan. 

Sementara Sekura Helau adalah merupakan perlambang dan pengejawantahan dari eksistensi manusia yang ingin diakui, diindahkan, penonjolan rupa artistik dan merupakan satu bentuk narsisme.

Didalam persebarannya Kebudayaan Topeng Sekura Rumpun Pesagi Seminung ini telah tumbuh dan berkembang seiring dengan persebaran dari Rumpun Suku Bangsa Lampung itu sendiri. 

BACA JUGA:Masyarakat Saibatin Lampung


Sekura Helau eksistensi dan narsisme humanis--

Daerah persebaran dari kebudayaan Topeng atau Sekura ini meliputi beberapa Wilayah Adat, Buway dan Marga seperti di Krui Pesisir Barat, Semaka Tanggamus, Nasal Kaur kemudian Way Kanan, Buway Nyerupa Abung, Marga Ratu Way Handak bahkan juga Buway Bulan di Tulang Bawang. 

Namun demikian, fungsi dan pelaksanaannya memiliki diferensiasinya tersendiri, seperti ajang silaturahim pada momentum Idul Fitri sepertimana di dataran tinggi Sekala Bekhak, Nasal Kaur, Pesisir Barat Krui hingga Semaka Tanggamus. 

Namun demikian ada juga yang menjadi pelengkap pada saat pelaksanaan Acara Adat seperti pada Marga Nyerupa Abung, Buway Bulan Tulang Bawang atau Marga Ratu Way Handak. 

BACA JUGA:Gamolan Pekhing: Instrumen Musik Khas Lampung Barat

Pada entitas Keratuan Darah Putih dan Marga Ratu Way Handak dikenal dengan tradisi Tuping yakni penokohan kedok bagi para Hulubalang dengan beragam karakter tertentu.

Puncak dari Festival Sekura di Sekala Bekhak yang secara tradisional disebut sebagai Ngejalang Sekura atawa Pesta Sekura adalah dengan dipanjatnya Pohon Pinang sebagai reward dan kenang kenangan bagi para pemeran Sekura yakni para Sekura Kamak. 

Lunjuk atawa puncak pohon Pinang yang dipanjat oleh para Sekura adalah merupakan manifestasi atau perwujudan dari legenda Kayu Akha yakni Pohon Hayat dalam terminologi Jelma Lampung. 

BACA JUGA:Kayu Akha, Pohon Hayat Lampung, Lambang Pertumbuhan Kehidupan Insani

Penulis menengarai Festival Panjat Pinang yang kini banyak diselenggarakan diberbagai wilayah di Nusantara dalam merayakan hari kemenangan saat Perayaan Agustusan ditengarai juga berasal dari tradisi ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: