Disway Awards

Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Masjid Agung Demak dibangun sekitar tahun 1478. Konon, pembangunan masjid ini melibatkan Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga-Foto Pixabay.com-

BACA JUGA:7 Sunscreen Jepang Terbaik Usia 40+ untuk Kulit Tetap Awet Muda

2. Adipati Unus

Setelah Raden Patah wafat, kepemimpinan beralih kepada putranya, Adipati Unus. Beliau terkenal dengan upayanya memperkuat angkatan laut Demak. Adipati Unus dipanggil sebagai Pangeran Sabrang Lor karena keberaniannya menyerang Portugis di Malaka pada 1513. Meskipun penyerangan itu belum berhasil, usaha tersebut menunjukkan kekuatan Demak dan tekadnya menahan pengaruh asing.

3. Sultan Trenggana

Masa pemerintahan Sultan Trenggana adalah puncak kejayaan Demak. Di bawah kepemimpinannya, Demak memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Jawa bagian barat dan timur. Islam semakin tersebar sebagai agama mayoritas melalui dakwah, perdagangan, dan hubungan politik. Banyak daerah pesisir menerima pengaruh Demak sehingga kerajaan ini dianggap sebagai “motor” penyebaran Islam di Jawa.

BACA JUGA:Cegah Lakalantas, Polsek Sukarame Bersihkan Pasir di Jalan Ryacudu

Warisan Budaya dan Peninggalan Kerajaan Demak

Sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak meninggalkan banyak peninggalan bersejarah yang hingga kini menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi. Beberapa di antaranya adalah:

BACA JUGA:Situs Kolam Wudlu Bersejarah Masjid Agung Demak

1. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak dibangun sekitar tahun 1478. Konon, pembangunan masjid ini melibatkan Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga. Masjid ini menjadi simbol perkembangan Islam di Jawa sekaligus pusat kegiatan sosial, dakwah, dan pemerintahan. 

Bentuk atapnya yang bertingkat tiga melambangkan iman, Islam, dan ihsan. Arsitekturnya memadukan unsur lokal dan Islam sehingga memperlihatkan proses akulturasi budaya yang harmonis.

2. Saka Tatal

Saka Tatal adalah salah satu tiang utama masjid yang dibuat dari potongan kayu kecil yang disatukan. 

Tradisi menyebutkan Sunan Kalijaga menggagas pembuatan saka tatal ini karena kekurangan kayu utuh saat pembangunan. Keberadaan tiang ini mencerminkan nilai kreativitas dan gotong royong masyarakat masa itu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: