Pasar Bambu Kuning Kian Sepi: Banyak Toko Tutup, Suasana Makin Suram

Pasar Bambu Kuning Kian Sepi: Banyak Toko Tutup, Suasana Makin Suram

Suasana gelap, kotor, dan sepi menyelimuti Pasar Bambu Kuning, potret kemunduran pasar rakyat-Foto Enrique Ferari -

MEDIALAMPUNG.CO.IDPasar Bambu Kuning yang dulunya menjadi salah satu pusat perbelanjaan legendaris di Kota Bandar Lampung, kini menghadapi masa-masa suram.

Banyak toko tutup, suasana pasar tampak sepi, gelap, dan tidak terawat. Kondisi ini membuat tempat yang dulu ramai dikunjungi warga ini berubah menjadi kawasan yang terkesan mencekam dan menyedihkan.

Pantauan di lapangan pada Rabu 13 Agustus 2025 menunjukkan lorong-lorong pasar yang dulu padat oleh pengunjung kini nyaris kosong. 

Banyak kios yang tutup permanen, beberapa bahkan terlihat rusak dan ditinggalkan begitu saja. 

BACA JUGA:Gerakan Pangan Murah di Lampung, Polri Salurkan 74 Ton Beras untuk Warga

Cat mengelupas, langit-langit bocor, dan sampah yang menumpuk di sudut-sudut menambah kesan terbengkalai.

“Saya sudah jualan di sini lebih dari 15 tahun, tapi sekarang sangat menyedihkan. Dulu tempat ini ramai, orang berdesakan belanja. Sekarang? Sehari bisa nggak ada satu pun yang beli,” ungkap Yuni yang merupakan salah satu pedagang pakaian yang masih bertahan dan matanya tampak sayu saat menceritakan kondisi pasar saat ini.

Penurunan jumlah pengunjung juga menjadi sorotan. Banyak warga mengaku enggan datang ke Pasar Bambu Kuning karena kondisinya yang kotor dan tidak nyaman.

“Dulu saya sering ke sini karena lengkap dan suasananya hidup. Tapi sekarang sudah tidak menarik. Banyak tempat gelap, nggak aman juga rasanya. Sayang sekali,” ujar Doni salah satu warga Kedaton yang terakhir kali berkunjung hanya untuk melihat-lihat.

BACA JUGA:Jelang HUT RI ke-80, Kelurahan Kemiling Permai Pasang Dekorasi Kemerdekaan

Kondisi ini memperkuat kekhawatiran bahwa Pasar Bambu Kuning bisa benar-benar mati jika tidak segera mendapat perhatian dari pihak berwenang. 

Para pedagang berharap ada upaya revitalisasi agar denyut ekonomi di pasar legendaris ini bisa kembali hidup.

“Kami butuh bantuan. Setidaknya perbaiki fasilitas, bersihkan lingkungan. Kalau tidak, lama-lama semua akan benar-benar tutup,” tambah Yuni.

Pasar Bambu Kuning saat ini bukan hanya menjadi simbol pasar yang ditinggalkan, tetapi juga potret kegagalan tata kelola ruang publik yang semestinya menjadi nadi perekonomian rakyat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: