Pola lantai Tari Bedhaya Ketawang memiliki susunan kompleks dan sarat makna filosofis. Pola seperti gawang kalajengking, gawang jejer wayang, dan rakit lajur menggambarkan unsur dalam diri manusia, mulai dari jiwa, rasa, cahaya, hingga nafsu dan perilaku.
Koreografi tarian disusun dengan gerakan panjang dan penuh pengulangan, menuntut konsentrasi serta pengendalian diri tinggi dari para penari.
Pada masa lampau, durasi pementasan dapat mencapai dua setengah jam, namun kini dipersingkat menjadi sekitar satu setengah jam tanpa mengurangi makna sakralnya.
Busana Penari
Busana penari Bedhaya Ketawang menggunakan dodot ageng atau basahan, busana adat Jawa yang umumnya dikenakan pengantin perempuan. Warna hijau mendominasi busana sebagai simbol keterkaitan dengan Kanjeng Ratu Kidul. Penari juga mengenakan gelung bokor mengkurep serta perhiasan tradisional yang memperkuat kesan anggun dan sakral.
Tari Bedhaya Ketawang Surakarta merupakan warisan budaya adiluhung yang tidak hanya menampilkan keindahan gerak, tetapi juga mengandung nilai spiritual, filosofi kehidupan, dan sejarah panjang kerajaan Jawa.
Kesakralannya menjadikan tarian ini simbol hubungan harmonis antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi, sekaligus pusaka budaya yang terus dijaga kelestariannya oleh Keraton Surakarta.(*)