Tari Bedhaya Ketawang Surakarta: Sejarah, Makna Filosofis, dan Kesakralannya

Senin 22-12-2025,17:31 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Indonesia memiliki kekayaan seni tari yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga sarat makna spiritual dan filosofi mendalam. 

Salah satu tarian klasik paling sakral di Jawa adalah Tari Bedhaya Ketawang yang berasal dari Keraton Surakarta Hadiningrat. 

Tarian ini tidak dipentaskan sembarangan karena memiliki kedudukan istimewa sebagai simbol kebesaran raja sekaligus representasi hubungan spiritual penguasa Mataram dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Keberadaan Tari Bedhaya Ketawang tidak sekadar menjadi bagian dari seni pertunjukan, melainkan juga ritual sakral yang hingga kini dijaga ketat oleh lingkungan keraton.

 

Sejarah Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang diyakini lahir pada masa Kerajaan Mataram Islam. 

Sejarahnya berkaitan erat dengan pengalaman spiritual Sultan Agung Hanyakrakusuma pada abad ke-17. 

Dalam sebuah laku semadi, Sultan Agung konon mendengar alunan tembang dari arah langit atau ketawang, yang kemudian mengilhami lahirnya tarian sakral ini.

 

Versi lain menyebutkan bahwa tarian tersebut berakar dari kisah Panembahan Senopati, pendiri Mataram Islam, yang menjalin hubungan spiritual dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa Laut Selatan. 

Hubungan ini dipercaya menjadi inti makna yang diekspresikan melalui gerak, irama, dan tembang dalam Tari Bedhaya Ketawang.

Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, Tari Bedhaya Ketawang secara khusus menjadi pusaka Keraton Surakarta. 

Hingga kini, tarian ini hanya dipentaskan dalam momen sakral seperti penobatan atau peringatan naik takhta Sunan Surakarta.

 

Kategori :