Tradisi Melabuh Suku Banjar dan Dayak, Warisan Sakral dari Kalimantan

Jumat 17-10-2025,18:31 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Pulau Kalimantan dikenal luas sebagai daerah yang kaya akan keanekaragaman budaya, adat, serta tradisi leluhur yang masih dijaga hingga kini. 

Di antara berbagai suku yang mendiami pulau ini, Suku Banjar dan Suku Dayak menempati posisi penting dalam warisan kebudayaan Nusantara. 

Kedua suku ini memiliki tradisi yang mencerminkan hubungan erat antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. 

Salah satu tradisi yang menarik untuk dikenali adalah tradisi Melabuh, sebuah upacara sakral yang penuh makna spiritual dan sosial.

BACA JUGA:Lou Bentian: Rumah Adat Panjang Suku Dayak Bentian di Kutai Barat

Makna dan Asal-Usul Tradisi Melabuh

Kata melabuh dalam bahasa Banjar berarti “melarung” atau “melepaskan sesuatu ke air”. Tradisi ini dilaksanakan dengan cara melarungkan sesaji ke sungai, danau, atau laut. Bagi masyarakat Banjar dan Dayak, air bukan hanya sumber kehidupan, melainkan juga tempat bersemayamnya roh-roh penjaga alam. 

Karena itu, mereka percaya bahwa dengan mengembalikan sesaji ke air, manusia sedang menunjukkan rasa hormat dan terima kasih kepada kekuatan alam yang menjaga keseimbangan kehidupan.

Tradisi Melabuh umumnya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti setelah panen, menjelang musim tanam, atau ketika kampung baru saja terbebas dari wabah penyakit. Upacara ini menjadi sarana untuk membersihkan diri dari hal-hal buruk sekaligus memohon keberkahan agar kehidupan masyarakat tetap tenteram dan subur.

BACA JUGA:Makna dan Filosofi Erau Adat Kutai, Tradisi Kerajaan yang Tetap Lestari

Tahapan Pelaksanaan Tradisi Melabuh

Pelaksanaan Melabuh biasanya dimulai dengan persiapan yang dilakukan secara gotong royong. Warga berkumpul di rumah tokoh adat untuk menyiapkan berbagai bahan sesaji. 

Di kalangan masyarakat Banjar, sesaji terdiri dari nasi ketan, ayam panggang, telur rebus, kue tradisional, bunga, dan dupa. 

Semua bahan itu ditata dalam wadah berbentuk talam yang dihias dengan janur dan kain putih sebagai lambang kesucian.

BACA JUGA:Upacara Adat Badudus Mandaring: Ritual Penyucian Suci Masyarakat Dayak

Kategori :