Salah satu daya tarik utamanya adalah keberadaan burung-burung khas Halmahera seperti kakatua putih (Cacatua alba), nuri halmahera (Eos semilarvata), dan julang sulawesi (Rhyticeros cassidix).
Spesies-spesies tersebut menjadikan kawasan ini surga bagi pengamat burung dari berbagai penjuru dunia.
Di antara pepohonan yang rimbun, suara kicauan burung menjadi harmoni alami yang memanjakan telinga.
Selain burung, berbagai mamalia unik juga hidup di dalam kawasan ini, seperti kuskus beruang halmahera (Ailurops ursinus) dan babirusa (Babyrousa babyrussa).
BACA JUGA:Pulau Sangalaki, Surga Bahari di Ujung Timur Kalimantan
Hewan-hewan ini termasuk langka dan sulit dijumpai karena lebih aktif di malam hari. Sementara itu, beberapa jenis reptil dan amfibi yang belum banyak diteliti juga menghuni hutan ini, memperkaya keberagaman hayati yang dimiliki Taman Nasional Aketajawe-Lolobata.
Bagi pencinta petualangan, taman nasional ini menawarkan pengalaman luar biasa. Aktivitas birdwatching menjadi kegiatan favorit, karena di sini hidup lebih dari 200 spesies burung, banyak di antaranya endemik Halmahera.
Lokasi terbaik untuk mengamati burung adalah di kawasan Lolobata yang memiliki vegetasi padat dan menyediakan habitat ideal. Waktu paling tepat untuk pengamatan adalah pagi dan sore hari, saat burung aktif mencari makan atau berinteraksi di habitatnya.
Dengan bantuan pemandu lokal yang berpengalaman, wisatawan bisa belajar mengenali berbagai spesies sekaligus memahami pentingnya menjaga kelestarian alam.
BACA JUGA:Pantai Losari, Ikon Wisata Makassar yang Tak Pernah Sepi Pengunjung
Selain pengamatan burung, trekking di hutan hujan tropis juga menjadi aktivitas yang digemari.
Jalur trekking di wilayah Aketajawe, misalnya, menawarkan pengalaman menyusuri hutan yang masih alami, lengkap dengan pepohonan raksasa dan udara lembap yang segar.
Suara serangga, kicauan burung, dan gemericik air sungai menjadi latar alami yang menghadirkan ketenangan.
Selama perjalanan, wisatawan disarankan membawa perlengkapan memadai, tetap menjaga kebersihan, dan tidak meninggalkan jejak agar ekosistem tetap lestari.
BACA JUGA:Pulau Mandeh, Surga Bahari di Pesisir Selatan
Menariknya, di sekitar taman nasional terdapat desa-desa yang dihuni masyarakat adat dengan budaya yang masih terjaga.