MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di tanah Jawa, banyak peninggalan bersejarah yang menyimpan kisah masa lalu bangsa.
Salah satunya adalah Benteng Van Den Bosch atau yang lebih dikenal sebagai Benteng Pendem oleh masyarakat di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Benteng ini tidak sekadar bangunan peninggalan kolonial, melainkan simbol bagaimana Belanda berusaha mempertahankan kekuasaan setelah menghadapi perlawanan hebat yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
Benteng Van Den Bosch mulai dibangun pada 1839 dan selesai sekitar tahun 1845. Proyek ini diprakarsai oleh Johannes van den Bosch, seorang gubernur jenderal Hindia Belanda.
BACA JUGA:Pemdes Margodadi kembali Realisasikan BLT DD Tahap III Tahun 2025
Pemilihan lokasi di pertemuan dua sungai besar, yaitu Bengawan Solo dan Sungai Madiun, bukan tanpa alasan.
Kawasan itu dianggap strategis karena menjadi jalur penting perdagangan sekaligus titik kendali untuk mengawasi wilayah Jawa bagian timur.
Disebut “pendem” karena posisi bangunan lebih rendah dibandingkan tanah di sekitarnya, sehingga seolah-olah terkubur.
Teknik ini membuat benteng sulit dilihat dari jauh dan memperkuat daya pertahanannya.
BACA JUGA:177 PPL Lampung Utara Dialihkan ke Pusat, Dukung Program Asta Cita Presiden
Dengan luas mencapai 15 hektare, benteng ini dirancang menyerupai gaya arsitektur Eropa abad ke-19. Dindingnya terbuat dari bata merah tebal dan diperkuat dengan lapisan kapur agar tahan terhadap serangan.
Pintu gerbang utama berukuran besar menjadi ciri khas yang langsung menarik perhatian siapa saja yang berkunjung.
Di dalamnya terdapat berbagai fasilitas militer, seperti barak tentara, ruang komando, gudang penyimpanan senjata, hingga penjara.
Tak hanya itu, benteng juga dikelilingi parit besar yang dialiri air dari sungai sekitar. Parit ini berfungsi ganda, yakni memperlambat musuh yang menyerang sekaligus sebagai benteng alami.
BACA JUGA:Kepala Desa Negeri Sakti Bantah Isu Dugaan Pelecehan Mahasiswi KKN