
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Ketika mentari pagi merangkak naik di ufuk timur Lampung, iring-iringan truk-truk raksasa mulai menjejakkan roda-roda besarnya di sepanjang Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum), seolah tanpa henti.
Di balik pemandangan rutin ini, sebuah tragedi senyap tengah merongrong infrastruktur vital provinsi: kerusakan jalan yang kian parah, terutama di lajur kiri dari arah Way Kanan menuju Bandar Lampung, atau sebaliknya di sisi kanan.
Fenomena ini bukan sekadar retakan kecil atau gelombang permukaan; ini adalah lubang menganga berdiameter satu hingga dua meter, jurang-jurang tak terduga yang siap menelan apa pun yang melintas di atasnya.
Sebuah pertanyaan besar lantas mengemuka: mengapa kerusakan ini begitu terfokus pada sisi jalan tertentu, dan apa sesungguhnya pemicu utama di balik kehancuran infrastruktur vital yang menghubungkan provinsi ini?
BACA JUGA:Pemprov Lampung Akan Bagikan 5.469 SK PPPK Tahap I 30 Juli Mendatang
Investigasi mendalam yang dilakukan, dengan cermat menelisik setiap petunjuk di lapangan, secara gamblang mengungkapkan akar masalah yang sesungguhnya.
Kerusakan jalan yang masif ini ternyata, sebagian besar, adalah buah dari ulah kendaraan-kendaraan bermuatan over kapasitas atau yang dikenal dengan istilah over dimension over load (ODOL).
Di antara sekian banyak jenis kendaraan yang melintas, satu pelaku utama yang diduga kuat menjadi biang keladi adalah truk-truk pengangkut batu bara.
Bayangkan saja, setiap 24 jam sehari, tanpa jeda, konvoi truk-truk raksasa ini melintas dengan bebasnya, membawa serta beban berlebih yang jauh melampaui batas toleransi jalan.
BACA JUGA:Tari Katrili: Tarian Muda-Mudi Minahasa yang Berjiwa Eropa
Meskipun memang ada kendaraan ODOL lain yang juga melintas membawa kebutuhan logistik, frekuensi dan volume truk batu bara dari Muara Enim, Sumatera Selatan, menuju Panjang, Bandar Lampung, sungguh tak tertandingi, menciptakan tekanan luar biasa pada setiap jengkal aspal yang mereka injak.
Di beberapa titik krusial di Jalinsum, membentang dari Way Tuba hingga Gunung Labuhan, Kabupaten Way Kanan, kerusakan jalan akibat truk ODOL semakin diperparah oleh praktik perbaikan yang mangkrak.
Ketut Artike, Kepala Dinas Perhubungan Way Kanan, dengan nada prihatin mengakui bahwa banyak ruas jalan yang sudah dibongkar oleh rekanan untuk diperbaiki, namun kemudian dibiarkan terbengkalai berminggu-minggu tanpa ditambal kembali.
BACA JUGA:Rammang-Rammang, Pesona Karst Megah di Utara Makassar
"Setahu saya, kondisi jalan lintas tengah Sumatera yang membelah Way Kanan saat ini ada beberapa titik yang sudah dibongkar (akibat rusak karena dilalui kendaraan ODOL, red) oleh rekanan pemerintah. Tetapi belum juga ditambal kembali, itu yang kerap menyebabkan kemacetan," ujarnya.