Model Y pernah mencapai puncak popularitas berkat kombinasi insentif pemerintah, tren global terhadap crossover SUV, dan kemampuan Tesla dalam meningkatkan produksi secara agresif—mulai dari fasilitas di Shanghai, Fremont hingga Berlin.
Namun kini, konsumen mulai melirik alternatif lain yang dianggap lebih menarik secara harga maupun fitur.
BACA JUGA:Toyota Bangun Pabrik EV di Shanghai, Meski Emisi Mobil Listrik Masih Jadi Perdebatan
Meskipun posisi puncak Tesla tergeser, bukan berarti era mobil listrik telah berakhir. Bahkan sebaliknya terdapat transisi menuju elektrifikasi kendaraan yang saat ini masih terus berlangsung.
Pasar seperti Tiongkok, Eropa, dan sebagian Amerika Utara masih menunjukkan pertumbuhan signifikan untuk kendaraan listrik. Hanya saja, dominasi tidak lagi dimonopoli oleh satu merek.
OEM yang berukuran besar seperti Toyota, Hyundai dan Volkswagen ternyata sudah menyiapkan lini EV terbaru.
Di sisi lain, merek-merek Tiongkok seperti BYD, NIO dan Xpeng memperluas pasar mereka ke Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Latin.
BACA JUGA:Jumlah Wanita Superkaya Meningkat, Bentley Hadirkan Bentayga 'Barbie Edition' Serba Pink
Pasar otomotif global saat ini sedang berada di titik persimpangan antara dominasi merek-merek lama dan kebangkitan kendaraan listrik.
Naik turunnya Tesla Model Y dan kembalinya Toyota RAV4 ke puncak adalah refleksi dari dinamika pasar yang sangat cepat berubah.
Konsumen kini tidak hanya mencari teknologi canggih, tetapi juga mempertimbangkan harga, layanan purna jual, dan reputasi merek secara menyeluruh. (*)