
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di wilayah barat daya Sumatera Selatan, tersembunyi sebuah mahakarya seni yang lahir dari kisah rakyat yang telah turun-temurun diceritakan oleh masyarakat setempat.
Tarian ini dikenal sebagai Tari Legenda Danau Ranau, sebuah pertunjukan kreasi baru yang memadukan unsur cerita rakyat, keindahan gerak, musik tradisional, dan nilai budaya.
Tarian ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi alat pelestarian budaya yang merefleksikan kedekatan masyarakat dengan alam dan warisan leluhur.
Tari Legenda Danau Ranau diangkat dari kisah yang dipercaya masyarakat di sekitar Danau Ranau, danau terbesar kedua di Pulau Sumatera yang terbentang di antara Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan, dan Lampung Barat.
BACA JUGA:Nasi Tumis Daging Kacang Panjang: Sajian Rumahan Sederhana yang Bikin Ketagihan
Konon danau tersebut terbentuk akibat peristiwa yang luar biasa berakar dari keberadaan pohon enau raksasa yang tumbuh di dusun bernama Ranau.
Pohon tersebut sangat tinggi dan memiliki kekuatan penyembuhan, tetapi dijaga oleh burung garuda yang menghalangi manusia memetik manfaatnya.
Dalam kisah tersebut, datanglah seorang pemuda pemberani yang bertekad untuk membantu masyarakat yang selama ini terhalang mengakses pohon tersebut. Ia menaklukkan burung-burung garuda dan mencabut pohon enau dari tanahnya.
Dari lubang bekas cabutan pohon tersebut, muncul mata air yang terus mengalir bahkan sampai membentuk danau yang luas hingga sekarang dikenal sebagai Danau Ranau.
BACA JUGA:Festival Krakatau: Simfoni Budaya dan Pariwisata Lampung yang Memikat Dunia
Cerita ini menjadi sumber utama inspirasi lahirnya tari kreasi yang sarat makna dan simbolik.
Tari Legenda Danau Ranau adalah merupakan tari kreasi yang tidak mengikuti pola tari tradisional secara baku, tetapi melainkan pengembangan seni gerak berdasarkan cerita rakyat yang dikemas dalam gaya kontemporer.
Tarian ini dikembangkan oleh seniman-seniman dari Kabupaten OKU Selatan sebagai upaya menghidupkan kembali kisah lokal dalam bentuk seni pertunjukan yang bisa dinikmati berbagai kalangan, baik dalam acara adat maupun festival budaya.
Pementasan biasanya dilakukan oleh enam orang penari, yang terdiri dari tiga pria serta tiga wanita.
BACA JUGA:Gamolan Pekhing: Instrumen Musik Bambu Khas Lampung yang Mendunia