
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di tengah pembangunan dan arus modernisasi yang semakin cepat, Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat menyimpan sebuah kekayaan budaya yang tetap terjaga: rokok jontal.
Meski tak seterkenal rokok pabrikan, rokok jontal punya tempat tersendiri di hati masyarakat lokal, sebagai warisan turun-temurun yang dibanggakan.
Keberadaan pohon lontar di Sumbawa sudah berlangsung ratusan tahun. Pohon ini dipercaya datang dari Sulawesi, diperkirakan sejak abad ke-17, dan sejak saat itu menjadi bagian integral kehidupan masyarakat.
Selain populer sebagai bahan dasar gula, atap rumah, dan kerajinan, daun lontar juga digunakan sebagai alternatif pembungkus rokok.
BACA JUGA:5 Artis Indonesia yang Memilih Menetap di Amerika Serikat
Dalam tradisi lokal, mengolah daun lontar menjadi pembungkus rokok adalah salah satu bentuk adaptasi bijak terhadap lingkungan.
Cara ini menunjukkan bagaimana masyarakat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia secara mandiri—tanpa bergantung pada produk industri massal.
Proses peracikan rokok jontal dilakukan secara manual, dimulai dengan pemetikan daun lontar dari pohon yang cukup tua.
Daun itu kemudian dijemur hingga mencapai tingkat kekeringan yang tepat. Perlakuan penjemuran ini berlangsung satu hingga dua hari, menyesuaikan kondisi matahari dan kelembapan udara.
BACA JUGA:Filler dan Botox: Panduan Lengkap untuk Perawatan Wajah Tanpa Operasi
Setelah cukup kering, daun dibersihkan dari bulu halus menggunakan pisau atau parang secara hati-hati agar tidak merusak struktur daun.
Selanjutnya, daun dipotong menjadi potongan sepanjang sekitar 10–20 cm dan setebal tiga jari orang dewasa, sehingga satu helai biasanya cukup untuk dua batang rokok.
Tembakau lokal kemudian digulung dalam potongan daun lontar ini.
Teknik merekatkan ujungnya memakai serpihan daun atau tembakau kering menegaskan kembali bahwa seluruh proses dilakukan dengan bahan alami, tanpa zat perekat sintetis.
BACA JUGA:4 Cara Legal Dapatkan Saldo DANA Gratis hingga Rp250.000, Cuma Modal HP!