Lawang Sewu: Warisan Kolonial yang Memikat di Jantung Semarang

Senin 12-05-2025,15:39 WIB
Reporter : Yayan Prantoso
Editor : Budi Setiawan
Lawang Sewu: Warisan Kolonial yang Memikat di Jantung Semarang

Keindahan Lawang Sewu juga terpancar dari elemen artistik di dalamnya. Salah satunya adalah kaca patri berwarna-warni yang mempercantik interior utama. 

Karya seni ini menampilkan simbol-simbol kemakmuran dan kebudayaan, merefleksikan perpaduan unsur Timur dan Barat. Selain itu, ornamen seperti keramik dekoratif dan menara dengan atap logam tembaga memperlihatkan kemewahan arsitektur masa lalu.

Secara gaya, bangunan ini mengadopsi romanesque revival sebuah aliran arsitektur Eropa yang menekankan bentuk lengkung, simetri, dan kesederhanaan dalam kemegahan. 

Menara kembar di sisi bangunan menciptakan siluet yang ikonik dan mudah dikenali, menjadi penanda visual penting di kawasan Semarang.

BACA JUGA:Hari Raya Waisak, 90 Personel Polisi Amankan 8 Vihara di Bandar Lampung

Namun, perjalanan sejarah Lawang Sewu tidak selalu cerah. Saat pendudukan Jepang, gedung ini diambil alih oleh militer dan dijadikan kantor Jawatan Transportasi. 

Di ruang bawah tanah, yang sebelumnya digunakan sebagai reservoir air, terjadi perubahan fungsi menjadi ruang tahanan. 

Catatan sejarah menyebutkan adanya tindakan penyiksaan di ruang tersebut, yang memberi kesan angker pada bangunan ini hingga kini.

Meskipun memiliki sisi kelam, Lawang Sewu tetap berdiri kokoh sebagai bangunan yang sarat nilai historis. 

BACA JUGA:Pulau Macan: Liburan Eksklusif yang Ramah Alam di Kepulauan Seribu

Kini, pengelolaan bangunan berada di bawah PT Kereta Api Indonesia, dan telah dialihfungsikan sebagai museum perkeretaapian. 

Ruang-ruangnya disulap menjadi galeri interaktif yang menyajikan artefak, foto, serta informasi seputar perkembangan sistem transportasi rel di Indonesia.

Tak hanya sebagai tempat wisata edukatif, Lawang Sewu juga menjadi lokasi pelaksanaan berbagai kegiatan budaya dan acara resmi. 

Fungsinya sebagai ruang publik membuatnya terus hidup dalam kehidupan masyarakat Semarang. 

BACA JUGA:Wae Rebo, Permata Budaya di Atas Awan Flores

Keberadaannya kini bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga ruang kontemporer yang merekatkan sejarah dengan masa kini.

Kategori :