Banda Neira Surga Rempah dan Alam di Timur Nusantara

Keindahan Banda Neira, Destinasi Wisata di Provinsi Maluku / Foto -- Unsplash.com --
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di sudut timur Indonesia, tersembunyi sebuah gugusan pulau kecil nan eksotis yang memancarkan kekayaan sejarah dan keindahan alam yang memesona.
Banda Neira, salah satu dari puluhan pulau yang membentuk Kepulauan Banda di Provinsi Maluku, bukan hanya memikat karena panorama lautnya yang jernih atau pegunungan hijau yang membingkai cakrawala, tetapi juga karena peran pentingnya dalam sejarah dunia, khususnya dalam perdagangan rempah-rempah yang pernah mengguncang peradaban Eropa.
Berabad-abad lalu, Banda Neira dikenal sebagai penghasil pala terbaik dan satu-satunya di dunia. Pala, yang kini dianggap sebagai rempah biasa, dahulu bernilai sangat tinggi hingga disebut "emas dari timur".
Komoditas ini menjadi alasan utama para penjajah Eropa berlomba menguasai Banda. Pada awal abad ke-17, Belanda menjadikan Banda Neira sebagai wilayah pertama yang mereka taklukkan di kepulauan nusantara, bahkan sebelum menjajaki Batavia.
BACA JUGA:Pantai Losari: Simbol Bahari Makassar yang Tak Pernah Sepi
Namun ambisi Belanda tak berjalan mulus. Inggris yang juga membidik keuntungan dari perdagangan pala, bersaing keras untuk mendapatkan kendali.
Ketegangan memuncak ketika pada 1609 terjadi bentrokan antara Belanda dengan koalisi Inggris dan warga Banda yang berupaya mempertahankan tanah mereka.
Perseteruan ini berlangsung panjang dan melibatkan strategi politik internasional, hingga pada tahun 1667 Belanda dan Inggris sepakat menandatangani perjanjian damai.
Dalam perjanjian tersebut, Inggris menyerahkan Pulau Run—salah satu pulau kecil penghasil pala di Banda—kepada Belanda, dengan imbalan pengakuan atas wilayah Nieuw Amsterdam yang kini dikenal sebagai Manhattan, New York.
BACA JUGA:Eksplorasi Alam Bawah Tanah, Menelusuri Keajaiban Gua-Gua Indonesia
Pertukaran wilayah ini merupakan salah satu peristiwa paling unik dalam sejarah geopolitik global.
Banda Neira juga menjadi saksi penting perjuangan bangsa Indonesia. Pada 1936, pemerintah kolonial Belanda mengasingkan dua tokoh pergerakan nasional, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, ke pulau ini.
Meski berada dalam pengasingan, mereka tetap aktif berdiskusi dan menyusun gagasan tentang kemerdekaan.
Jejak keduanya masih bisa ditemukan hingga kini melalui bangunan bekas tempat tinggal mereka yang dijadikan situs sejarah, menjadi saksi senyap perlawanan terhadap kolonialisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: