Lawang Sewu: Warisan Kolonial yang Memikat di Jantung Semarang

Lawang Sewu, salah satu tempat wisata sejarah yang wajib di kunjungi / Foto -- unsplash.com --
MEDIALAMPUNG.CO.ID – Di tengah keramaian Kota Semarang, berdiri sebuah bangunan monumental yang sarat nilai sejarah dan estetika.
Lawang Sewu, yang terletak strategis di kawasan Tugu Muda, menjadi simbol kejayaan arsitektur kolonial sekaligus saksi perjalanan sejarah transportasi Indonesia.
Nama "Lawang Sewu" berasal dari Bahasa Jawa yang berarti "seribu pintu," mengacu pada banyaknya pintu dan jendela yang menghiasi bangunan ini, meskipun jumlah sebenarnya tidak mencapai seribu. Keunikan desain tersebut menciptakan kesan terbuka dan luas yang memikat.
Bangunan ini mulai didirikan pada awal 1900-an sebagai kantor pusat dari perusahaan kereta api swasta Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
BACA JUGA:Deretan Mantan Pacar Maxime Bouttier
Perusahaan ini merupakan pelopor jalur kereta api pertama di tanah air, menghubungkan Semarang dengan Tanggung dan kemudian berkembang ke daerah lain seperti Solo dan Yogyakarta.
Lawang Sewu menjadi pusat kendali perkeretaapian di masa Hindia Belanda, menandai fase penting dalam modernisasi transportasi.
Awalnya, desain gedung ini dibuat oleh P. de Rieu, namun rencana tersebut akhirnya digantikan oleh rancangan Jacob Klinkhamer dan B.J. Ouëndag dari Amsterdam, yang dibantu arsitek muda G.C. Citroen.
Mereka menggabungkan gaya arsitektur Eropa dengan elemen tropis yang sesuai dengan iklim Indonesia.
BACA JUGA:Berikut Selebriti Indonesia yang Merayakan Hari Raya Waisak 2025
Ciri khas tropis terlihat dari struktur bangunan yang terbuka, penggunaan atap tinggi, serta keberadaan banyak ventilasi dan jendela yang memungkinkan sirkulasi udara alami. Ruang-ruangnya juga didesain agar tetap sejuk tanpa bantuan teknologi pendingin modern.
Begitu memasuki area bangunan, pengunjung langsung disambut lorong-lorong panjang dengan susunan pintu yang simetris.
Lantai pertama kini diubah menjadi ruang pameran yang menampilkan sejarah perkeretaapian nasional. Di lantai atas, terdapat aula besar yang dulu difungsikan sebagai tempat pertemuan.
Sementara di lantai tiga, pengunjung dapat melihat bekas ruang olahraga dengan pemandangan menghadap ke Tugu Muda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: