LAMBAR, MEDIALAMPUNG.CO.ID - Sebagian besar Air Danau Ranau di Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat tampak keruh dengan kondisi air yang berubah warna menjadi kehijauan.
Kondisi ini membuat para petani ikan keramba jaring apung (KJA) mulai was-was, khawatir akan berdampak pada kondisi kesehatan ikan hingga merugikan petani.
Hal itu diungkapkan salah satu petani KJA di Pekon Kagungan, Riza Pahlevi. Dia mengatakan, fenomena keruhnya air danau ranau ini baru pertama kalinya terjadi.
Meski kondisi itu belum terlalu berdampak terhadap kesehatan ikan, namun pihaknya khawatir akan menjadi bom waktu sehingga membuat petani merugi.
BACA JUGA:32 KPM Pekon Puramekar Terima BLT-DD Perdana 2024 Langsung 4 Bulan
“Kondisi danau ranau sekarang memang sedang tidak kondusif, airnya keruh dan berubah warna menjadi kehijau-hijauan. Memang belum terlalu berdampak, kami was-was juga kalau lama kelamaan akan menjadi bom waktu yang mengakibatkan kematian pada ikan karena kurangnya oksigen,” ujarnya.
Soal penyebab, pihaknya sendiri mengaku belum mengetahui secara pasti, namun banyak pihak beranggapan bahwa keruhnya air danau tersebut diduga disebabkan adanya pertumbuhan plankton yang berlebih.
“Kalau dengar-dengar akibat adanya pertumbuhan plankton yang berlebihan, dan nantinya akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan ikan. Tapi untuk pastinya kami harap pemerintah turun mengambil dan menguji sampel air. Kalau penyebabnya sudah diketahui maka bisa ditangani sedini mungkin, sebelum ada dampak kerugian yang besar,” harapnya.
Karena saat ini para petani sudah dihantui bayang-bayang akan menderita kerugian yang besar seperti yang terjadi dua tahun sebelumnya, karena akibat fenomena mentilehan atau luapan belerang, mengakibatkan kematian masal pada ikan sehingga para petani harus menelan pil pahit akibat kerugian besar yang dialami.
BACA JUGA:Mantap! DPMPTSP Lampung Barat Ujicoba Penerapan Mal Pelayanan Publik Digital
“Kami tidak ingin kerugian yang terjadi akibat fenomena alam terulang lagi, sudah cukup di dua tahun lalu petani mengalami kerugian akibat mentilehan, jangan sampai kondisi ini mengakibatkan hal yang sama. Sehingga kami harap perhatian serius dari pemerintah,” harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat, Henry Faisal mengaku belum mendapat informasi tersebut, baik dari camat maupun aparat pekon.
Namun meski begitu pihaknya akan segera turun untuk mengecek kondisi air danau ranau tersebut.
“Akan kami koordinasikan dengan camat atau aparat pekon terlebih dahulu, kemungkinan besok pagi (Jum’at) kami akan turun untuk mengambil sampel air kemudian dilakukan uji di laboratorium,” respon Henry.*