BACA JUGA:Pinjaman KUR Mandiri Rp 25 Juta Cepat Cair, Angsuran hanya Rp 700 Ribu per Bulan
Emas dari bulan Desember terakhir diperdagangkan pada UUSD 1,865.40 per ounce, turun di angka 4% dari Jumat pekan sebelumnya. Harga logam mulia ini mengalami waktu terburuknya sejak Juni 2021.
Harga Emas Alami Penurunan Terburuk
Pada waktu yang sama, harga emas mengalami penurunan bulanan terburuk sejak Februari, di mana penurunan tersebut yang terendah sepanjang tahun ini, anjlok hingga 3,3%
Aksi jual emas terjadi karena imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak Oktober 2007, di atas 4,6%. Sementara itu, indeks dolar AS menguat di atas 106 poin, mencapai level tertinggi sejak akhir November.
BACA JUGA:Masih Ada Kesempatan Pinjaman KUR BRI hingga Rp 100 Juta pada Oktober 2023
Sementara itu selaku Presiden Phoenix Futures and Options. Kevin Grady mengungkapkan, harga emas bertahan dengan cukup baik, namun investor kini mulai memahami fakta bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Suku bunga yang lebih tinggi akan tetap ada; oleh sebab itu, emas terpukul.
Harga emas masih punya kans untuk naik.
Namun, Kepala Pasar Berjangka dan Valas Tastylive.com, Christopher Vecchio mengatakan meskipun terjadi aksi jual minggu lalu, dia masih melihat logam mulia berada di level yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Christopher Vecchio menyebutkan, pergerakan yang kita lihat pada imbal hasil obligasi dan reli dolar AS, harga emas seharusnya mendekati USD 1.700 per ounce.
BACA JUGA:Harga Emas Sedang Turun, Kesempatan Berinvestasi
Dirinya menambahkan investor tidak perlu terkejut jika harga emas turun kembali ke USD 1.800 per ounce.
Namun, ia juga mencatat bahwa dengan Federal Reserve yang hampir mengakhiri siklusnya dan perekonomian mulai melambat, setiap pelemahan pada emas harus dilihat sebagai peluang pembelian jangka panjang.*