Oleh karena itu, mekanisme spesifik yang mendorong terjadinya peristiwa ini masih belum sepenuhnya pasti.
Namun, studi ini menggunakan model iklim yang dikembangkan baru-baru ini untuk lebih baik mensimulasikan periode lembab di Afrika Utara.
Hasilnya mengonfirmasi bahwa Periode Lembab Afrika Utara terjadi setiap 21.000 tahun dan sangat dipengaruhi oleh perubahan presesi orbit bumi.
Apa yang membuat penemuan ini begitu menarik adalah bahwa periode lembab ini sebenarnya tidak terjadi selama zaman es, ketika lapisan es glasial besar menutupi sebagian besar wilayah lintang tinggi.
BACA JUGA:Pakar UGM Ungkap Metode Antisipasi Kekeringan di Musim Kemarau, Apa Itu?
Ini adalah akibat dari efek pendinginan yang dihasilkan oleh lapisan es ini, yang mengurangi kecenderungan sistem Monsun Afrika untuk berkembang.
Dengan kata lain, periode lembab ini terjadi ketika lapisan es berkurang.
Ini adalah temuan yang sangat penting karena mengungkapkan hubungan yang kuat antara wilayah yang berjauhan di Bumi.
Perubahan di satu tempat, seperti lapisan es di wilayah lintang tinggi, dapat mempengaruhi cuaca dan lingkungan di tempat lain, seperti Sahara.
BACA JUGA:Danau Toba Jadi Google Doodle Berikut 10 Fakta Unik dari Danau Toba
Hal ini juga membawa implikasi besar untuk pemahaman kita tentang penyebaran spesies, termasuk manusia, selama periode gletser dalam 800.000 tahun terakhir.
Profesor Paul Valdes dari Universitas Bristol menggarisbawahi bahwa sebelumnya, model iklim seringkali kesulitan dalam mereproduksi sejauh mana penghijauan Sahara terjadi.
Namun, dengan model baru yang digunakan dalam penelitian ini, kita memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perubahan masa lalu dan kemampuan untuk memprediksi perubahan di masa depan.
Studi ini juga memiliki implikasi penting dalam pemahaman tentang sejarah manusia. Wilayah Sahara adalah gerbang yang menghubungkan Afrika Utara dan Sub-Sahara.
BACA JUGA:Wow! Ada Sumber Air di Kutub Selatan Bulan Tempat Pendaratan Chandrayaan-3
Selama periode penghijauan, wilayah ini menjadi koridor tumbuhan yang memungkinkan penyebaran berbagai spesies, termasuk manusia purba, di seluruh dunia.