Pakar UGM Ungkap Metode Antisipasi Kekeringan di Musim Kemarau, Apa Itu?

Pakar UGM Ungkap Metode Antisipasi Kekeringan di Musim Kemarau, Apa Itu?

--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Puncak musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung selama Agustus - Oktober 2023.

Kondisi ini tentu sangat patut untuk mendapatkan perhatian karena dapat menimbulkan kekeringan di daerah yang memang sangat minim sumber mata air nya. 

Pakar manajemen air Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono menyampaikan untuk potensi kekeringan ini harus segera diwaspadai.

Menurutnya, bencana kekeringan pada musim kemarau ini begitu juga sebaliknya di musim penghujan karena masyarakat belum memiliki kesatuan berpikir soal masalah kedua musim tersebut yang holistik dan sistematik.

BACA JUGA:Ratusan Hektar Lahan Persawahan di Lampung Barat Berpotensi Kekeringan

"Musim kemarau dan musim penghujan ini merupakan satu kesatuan yang tidak boleh untuk dipisahkan. Saat tiba musim hujan tentu kita perlu untuk mengelola air hujan untuk di musim kemarau, saat memasuki musim kemarau kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan ini. Itu adalah suatu siklus yang tidak terputus," ujar Agus. 

Metode Pemanenan Air Hujan

Menurut Agus, yang mana salah satu cara yang cukup efektif dalam mengantisipasi kekeringan iya adalah dengan menerapkan metode pemanenan air hujan. 

Cara ini juga termasuk sederhana karena ini bisa untuk dilakukan skala rumah tangga juga, lahan pertanian, perkampungan, sampai di industri.

BACA JUGA:Tanaman Kopi di Lampung Barat Masih Aman dari Ancaman Kekeringan

Cara ini tentu bisa untuk dilakukan mulai dari membuat penampungan untuk air di rumah dan memasukkannya ke dalam sumur resapan.

Adapun untuk area lahan pertanian juga, petani bisa untuk membuat kolam konservasi untuk penampungan air hujan nya.

"Di Australia ada sekitar 40 persen rumah di perkotaan yang sudah memiliki tampungan untuk air hujan, di pedesaan juga jumlahnya ada sekitar 60 persen. Nah untuk di Indonesia sendiri masih nol koma sekian persen, padahal ini potensinya besar sekali," kata Agus.

Agus menyebut bahwa kualitas air hujan masih aman untuk dikonsumsi, sehingga bisa dijadikan sebagai masa depan dari sumber daya air yang bisa menjadi kebutuhan manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: