MEDIALAMPUNG.CO.ID - Jumlah pesawat terbang yang beroperasi di Bandara di Indonesia masih sangat terbatas meski sudah memasuki kondisi normal dari pandemi Covid-19.
Kondisi ini bak 'kiamat pesawat' karena banyak rute penerbangan yang tak bisa dilayani karena ketepatan cara dalam melaksanakan suatu usaha atau kerja, dalam menjalankan sesuatunya dengan tidak membuang tenaga, waktu, dan biaya yang besar atau efisiensi.
Kalangan maskapai memperkirakan kondisi ini masih akan terus berlanjut dalam waktu yang tidak singkat, sedikitnya dalam setahun ke depan.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto mengatakan, kemungkinan di akhir 2024 bersamaan dengan pulihnya industri penerbangan.
BACA JUGA:Jon Edwar Tutup Turnamen Badminton Peringatan HUT Kemerdekaan RI
Dampak krisis jumlah pesawat karena lessor atau pemberi sewa yang menyediakan pesawat banyak menarik unitnya dari para maskapai di masa awal pandemi tahun lalu.
Pada saat itu, banyak maskapai penerbangan yang tengah kesulitan karena terbatasnya mobilitas masyarakat untuk menumpangi pesawat.
Ditambah lagi terbang yang cukup kompleks seperti tes antigen serta PCR juga menyulitkan. Akibatnya, pesawat kehilangan banyak penumpang.
Pihaknya menyebutkan bahwa perlu waktu untuk menarik kembali pesawat dari lessor. Situasi semakin sulit karena kondisi keuangan maskapai belum stabil.
BACA JUGA:SMPN 2 Krui Jadi Lokasi Verifikasi Lapangan Standarisasi LPKRA
Menurutnya Untuk menyediakan pesawat-pesawat tambahan, baik itu baru atau bukan kendalanya waktu tunggu deliverynya lama kalau 3 sampai 4 tahun, serta kondisi keuangan maskapai-maskapai yang belum sehat juga.
Dengan keterbatasan yang ada, maskapai harus lebih bekerja keras dalam melayani penumpang.
Pilihannya hanya satu, menggunakan unit pesawat yang tersedia agar bisa beroperasi maksimal.
Ia menyebutkan, hanya mengoptimalkan utilitarian pesawat yang ada dan menjadikan pesawat-pesawat yang grounded menjadi serviceable kembali.*