LAMBAR, MEDIALAMPUNG.CO.ID - Menyikapi fenomena kematian massal ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) di Kecamatan Lumbokseminung, Kabupaten Lampung Barat, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat menurunkan petugas untuk menguji sampel air di perairan Danau Ranau, Kamis (12/1/2023).
Kabid Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (PPLH) Sukimin mendampingi Kepala DLH M Henry Faisal mengatakan, kegiatan yang dilakukan yakni dalam rangka Uji Parameter Kimia dan Fisika untuk menganalisis kadar air danau ranau tersebut.
“Hari ini kita ambil sampel air danau ranau untuk proses penelitian lebih lanjut di laboratorium DLH Lambar, salah satunya yang akan diuji adalah Dissolved Oxygen (DO) atau kadar oksigen dalam air,” ungkap Sukimin.
Namun demikian terkait fenomena alam yang terjadi, pihaknya menduga itu disebabkan adanya kandungan sulfur yang keluar dari dasar danau. Mengingat danau ranau memiliki potensi panas bumi karena berdampingan langsung dengan gunung seminung.
BACA JUGA:Soal Hibah Aset Agung ke Pemkot Bandar Lampung Dinilai Tidak Adil
“Memang kami menduga ada potensi panas bumi yang mengeluarkan gas sulfur atau belerang, mengingat danau ini berdampingan langsung dengan Gunung Seminung. Dampak dari gas sulfur itu dapat mengurangi kadar oksigen sehingga membuat ikan maupun organisme lainya akan mati,” jelasnya.
Namun demikian, terusnya, untuk mengetahui secara detail mengenai hasil uji sampel air danau ranau tersebut, menurutnya baru akan diketahui tujuh hari kedepan.
”Hasil uji yang akan dilakukan secara parameter fisika dan kimia ini akan diketahui tujuh hari kedepan, sehingga apa hasilnya nanti akan kita sampaikan,” ujarnya.
Selain terkait fenomena alam itu, untuk tetap menjaga kesehatan lingkungan perairan danau ranau serta menjaga keberlangsungan organisme yang ada di dalamnya, petani diimbau agar dapat melakukan upaya diantaranya pada periode tertentu kegiatan budidaya dapat dikurangi.
BACA JUGA:Sertifikat Diterima, RSUDAU Resmi Menyandang Akreditasi Paripurna Bintang Lima
Kemudian petani dapat memilih pakan yang mengapung untuk meminimalisir pengendapan yang dapat menimbulkan gas metana sehingga berdampak pada ikan maupun organisme lainnya.
“Dampak negatif lainnya juga akan membuat tanaman pengganggu seperti enceng gondok akan dengan cepat tumbuh subur sehingga berdampak pada penyempitan area danau,” pungkasnya.*