Model BTP

Jumat 26-08-2022,04:15 WIB

ADA program baru. Namanya: Mencari Pemimpin Bersih, Transparan, dan Profesional. Pendaftaran sudah dibuka.

Kita memang perlu pemimpin yang BTP (bersih, transparan, profesional). Pemilik program ini tokoh bernama BTP –Basuki Tjahaja Purnama. Yang dulu sering dipanggil Ahok. Mantan gubernur DKI Jakarta itu.

"Pendaftarnya sudah lebih 1.000 orang," ujar Tommy Tjiptadjaja, salah satu aktivis di Yayasan BTP.

Dari 1.000 pendaftar itu akan dipilih 150 orang. Disesuaikan dengan kapasitas pengajaran. Mereka diseleksi lewat berbagai test. Salah satu yang penting adalah menulis esai. Yakni esai tentang masyarakat lingkungan kota/kabupaten masing-masing. Lengkap dengan semua persoalannya dan cara menyelesaikannya.

Dari esai itu akan diketahui problem yang ada di lingkungan mereka. Lalu bagaimana cara melayani masyarakat tersebut. Dan akhirnya bisa benar-benar menyelesaikan persoalan masyarakat setempat.

Mereka yang sudah lulus seleksi akan ikut pendidikan khusus. Setiap Jumat malam. Jam 19.00. Lewat zoom. Selama 4 minggu.

Pengajarnya BTP sendiri. Selama 1,5 jam.

Di situlah BTP akan menguraikan prinsip-prinsip kepemimpinannya. "Prinsip beliau itu sederhana. Peduli rakyat sekitar," ujar Tommy.

Prinsip yang lain adalah: harus memulai dari bawah. Jadilah anggota DPRD kota/kabupaten dulu. Lalu naik ke jenjang lebih tinggi.

BTP sendiri memulai dari anggota DPRD kabupaten Belitung. Lalu jadi bupati Belitung. Naik jadi anggota DPR Pusat. Lalu jadi wakil gubernur dan akhirnya gubernur DKI Jakarta.

Saat BTP menjadi bupati Belitung itulah daya tariknya mulai terlihat. Sampai-sampai rakyat Belitung yang Islamnya sangat religius bisa memilih BTP yang Tionghoa dan Kristen.

Para mahasiswa Indonesia di Amerika pun mulai memperhatikannya. Khususnya mahasiswa yang tergabung dalam Fellowship Indonesian Christian in America. Mereka mengundang Ahok –julukan BTP waktu itu– ke Chicago. BTP diminta ceramah di sana. Mereka lebih terkesan lagi.

"Kita perlu 1000 BTP. Dari suku dan agama apa pun," ujar Tommy. Sayangnya, katanya, Ahok terlalu singkat memimpin Jakarta.

BTP memang tersandung masalah peka. Ia diadili. Dianggap menghina agama. Jaksa menuntut hukuman 4 tahun. Hakim memutuskan 2 tahun.

Setelah menjalani hukuman itu BTP mendapat tugas negara menjadi Komisaris Utama BUMN terbesar Indonesia: Pertamina. Sampai sekarang.

Model kepemimpinan politiknya itulah yang rupanya akan diwariskan lewat pendidikan khusus: mencari pemimpin yang BTP.

Salah satu yang akan diajarkan secara intensif adalah: bagaimana pengelola APBD kota dan kabupaten. Agar benar-benar untuk rakyat.

Setelah 4 minggu diajar kepemimpinan praktis oleh BTP mereka dikumpulkan di Cibubur. Diasramakan di situ. Selama tiga hari: Jumat Sabtu Minggu. Lokasinya di Citraland Cibubur. Tidak jauh dari rumah BTP sekarang.

Peserta itu boleh dari partai politik apa saja. Agama apa pun. Diutamakan yang muda dan agak muda: 25 sampai 50 tahun.

Proyek ini dipimpin oleh profesional Welly Chan. Ia orang Yogyakarta. Alumnus Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ia pernah bekerja sebagai orang keuangan dan kini full timer di proyek BTP.

Tommy sendiri alumni University of Texas di Austin, lalu masuk S2 di University of Chicago. Ketika pulang ke Indonesia Tommy menjadi aktivis lingkungan.

Kini Tommy jadi pioneer untuk memproduksi kantong plastik dengan bahan baku utama dari singkong. Inilah kantong plastik ramah lingkungan pertama di Indonesia –bahkan Asia.

Memang harganya masih lebih mahal dari kantong plastik yang merusak lingkungan. Tapi sudah bisa bersaing dengan kantong dari kertas.

Nama pabrik Tommy: Greenhope. Di Cikupa, dekat Jakarta. Sudah mulai ekspor. Tommy sudah bikin pabrik baru. Perluasan. Dua kali lipat lebih besar. Bulan depan diresmikan.

Presiden Jokowi juga sudah menyaksikan produk plastik ramah lingkungan produk Greenhope. Donny Monardo juga sudah memesan 1,5 juta kantong. Untuk polybag benih tanaman. Dengan demikian polybag itu segera hancur setelah bibit tanaman itu bertumbuh.

Tommy punya konsep baru untuk mendukung program mencari pimpinan model BTP. Ia menciptakan Apps untuk mendukung pengembangan model kepemimpinan itu.

Proyek mencari pemimpin yang BTP tidak hanya sekali itu. Angkatan pertama akan disusul angkatan berikutnya. Dan berikutnya lagi. Tidak akan berhenti.

Satu Ahok pun tumbuh menjadi 1000 BTP. (Dahlan Iskan)

 

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar di  http://disway.id / . Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Kategori :