Pagi Batu

Kamis 21-07-2022,04:15 WIB

Tentu tidak ada larangan orang Kristen mengenakan pakaian syar'i. Saya hanya ingin menganalisis pengaruh media pada opini publik. Terutama pengaruh akibat penampilan simbolis seperti itu. Apalagi Julianto, yang dia adukan, adalah seorang Kristen. Tionghoa.

Bisa saja itu supaya ada kesan ini Tionghoa memerkosa wanita berjilbab. Lebih seru. Atau sebenarnya hanya untuk menyamarkan diri. Sayang saya belum bisa menemukan Sheren. Pasti menarik jawaban soal mengapa dia pakai jilbab. 

Saya terus mencari Sharen. Saya dapatkan foto copy KTP-nyi: Mangunharjo Madiun. Tapi saya belum berhasil mengontak Sheren. Nomor telepon yang saya dapat tidak bisa terhubung. Alamat rumah yang ada di KTP sudah didatangi petugas Disway. Kosong. Itu rumah kontrakan. Di dalam sebuah gang. Sederhana sekali. "Sudah setahun pindah. Tanpa ada yang dipamiti," ujar tetangga rumahnyi.

Sheren juga pernah tampil di koran. Ia menceritakan kiat-kiat hidup kreatif. Termasuk menceritakan mengapa dia menciptakan gerak teatrikal dengan judul "Show My Transformation". Yakni teater gerak yang menggambarkan perubahan ulat menjadi kepompong dan akhirnya jadi kupu-kupu indah. 

Keluarga Julianto sendiri lagi mengusahakan kembali tahanan luar. Tiga anak Julianto, yang sekolah di luar negeri, pulang semua.

Selama Julianto tidak aktif, kepemimpinan di Selamat Pagi Indonesia dipegang Sendy Fransiscus Tantono. Sendy adalah ketua yayasan di situ. Ia juga dosen. Memang SPI sudah pula mendirikan perguruan tinggi. Namanya: Sekolah Tinggi Kewirausahaan Selamat Pagi Indonesia (STKSPI). Sekolah tinggi ini diresmikan empat tahun lalu. Yang meresmikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Moh Nasir.

Sebenarnya sudah lama Sendy memegang posisi pimpinan sehari-hari. Julianto sudah lebih banyak mengurus penyediaan dana sekolah. Sendy sudah mampu dilepas. Ia lulusan S1 Petra Surabaya. Lalu melanjutkan S2 di Thailand. Sedang doktornya diperoleh dari Austria.

Belakangan Julianto hanya  mengoordinasikan donatur sekolah. Parah. Akibat peristiwa itu beberapa donator telah mundur.

Julianto memang harus rajin mencari dana. Sekolah ini khusus untuk anak yatim piatu, yatim saja atau piatu saja. Dari seluruh Indonesia. Tanpa pandang suku dan agama. Gratis. 

Anak-anak yang ditampung itu tidak harus pintar. "Anak pintar sudah banyak yang memperhatikan," ujar Jeffry mengutip kata-kata Julianto.

Masih ada pengaduan lain. Dari Sheren juga: Julianto mengeksploitasi anak untuk bisnis.  Lalu satu lagi di Polres Batu: saya belum tahu siapa yang mengadu dan soal apa.

Masih adakah pagi di Batu? (Dahlan Iskan)

 

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Kategori :