Selamat pagi, Batu!
Tentu Anda masih kedinginan di pagi jam 04.00 seperti ini. Ketinggian posisimu membuatmu terasa sejuk dan damai. Di lain pihak begitu banyak hati yang panas memandangmu.
Itu seperti puisi melankolis. Yang lebih cocok dikirim ke sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI). Yang berlokasi di kota wisata Batu. Malang. Yang belakangan lagi diguncang kehebohan.
Pimpinan sekolah itu diberitakan melakukan pencabulan besar-besaran pada murid perempuan di situ. Demo digelar di depan kantor polisi dan pengadilan. Sampai pun banyak karangan bunga diusung di demo itu: minta Julianto Eka Putra, sang pimpinan SPI, ditahan.
Lalu Julianto ditahan. Demo bisa memengaruhi pengadilan.
Membaca berita itu, saya pikir ini peristiwa baru. Kok begitu beruntun: pencabulan para siswi di pesantren Jawa Barat, di pesantren Jombang, dan kini di Batu –banyak yang mengira itu pesantren juga. Musim pandemi ini kok menjadi seperti musim pencabulan.
Seseorang kirim foto lama. Ke HP saya. Disertai kliping berita. Ternyata saya pernah berkunjung ke sekolah SPI itu. Sekitar 10 tahun lalu. Saya jadi ingat kekaguman saya kepadanya. Kala itu.
Saya pun mengontak siapa saja di sana. Saya sangat khawatir sekolah itu ditutup. "Tidak ditutup Pak. Masih buka normal Pak. Tapi perasaan kami semua gundah sekali. Para guru dan murid di sini gelisah. Demikian juga orang tua murid," ujar seorang guru.
Selamat Pagi Indonesia adalah sekolah kerja. Sekolah sambil bekerja. Bekerja sambil sekolah. Ilmu di sekolah langsung dipraktikkan di lapangan. Di sekolah itu juga. Ini memang sekolah plus kewirausahaan. Seperti SMK kewirausahaan.
Lokasi sekolah ini luas sekali: 3,5 hektare. Tempatnya sangat strategis. Di tengah kota wisata Batu. Di dekat simpang tiga menuju pemandian Selecta.
Sulit dibedakan apakah lokasi ini sekolah, tempat rekreasi, fasilitas outbound, permainan, spot berfoto, dan kafe. Semua ada di situ. Siswa yang sudah mendapat pelajaran kewirausahaan langsung mempraktikkannya: jadi pelayan cafe, jadi pemandu wisata, jadi kasir, jadi pengelola tiket, jadi pengawas, dan jadi apa saja.
Sekolah lain banyak yang mengirim siswa ke SPI. Rekreasi yang bernuansa pendidikan. Menyenangkan. "Anak-anak yang ke sana senang sekali. Di sana yang melayani anak-anak sebaya," ujar ustad Ali Wahyudi, pimpinan madrasah modern Tursina Batu. "Kami sering mengirim santri rekreasi ke sana," ujar Ali.
Saya pun mendapat kontak ke SPI.
"Berapa banyak murid wanita yang dicabuli pimpinan sekolah?" tanya saya.
"Kenapa bapak bertanya begitu?" jawabnyi, balik bertanya.