Stres di Era Modern: Mengapa Otak Kita Tak Siap Hadapi Dunia Cepat Ini
Otak manusia diciptakan untuk bertahan, bukan berlari dalam dunia digital tanpa henti--
MEDIALAMPUNG.CO.ID – Di tengah kemajuan teknologi dan kehidupan serba cepat, manusia modern justru menghadapi paradoks besar: semakin canggih dunia, semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan.
Dari notifikasi ponsel tanpa henti hingga tekanan produktivitas di tempat kerja, otak manusia seakan terus dipaksa berlari tanpa jeda.
Namun, pernahkah kita berpikir bahwa otak kita sebenarnya tidak diciptakan untuk menghadapi laju dunia secepat ini?
Ribuan tahun lalu, manusia hidup dalam lingkungan yang sederhana. Ancaman utama datang dari alam — seperti hewan buas atau kelangkaan makanan.
BACA JUGA:Rahasia di Balik Pelangi: Fenomena Fisika yang Indah dan Menakjubkan
Dalam kondisi itu, otak kita berevolusi untuk menghadapi bahaya dengan respons “fight or flight” (lawan atau lari).
Kini, ancaman fisik itu berganti dengan tekanan psikologis: target kerja, tuntutan sosial media, hingga ketidakpastian ekonomi.
Meski berbeda bentuk, otak kita masih bereaksi sama — mengaktifkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, seolah kita sedang dikejar predator.
Masalahnya, ancaman modern tidak datang sekali-sekali. Ia datang setiap hari, setiap jam, bahkan setiap notifikasi.
BACA JUGA:Efek Duduk Terlalu Lama: Ancaman ‘Penyakit Kantor’ yang Sering Diabaikan
Teknologi digital memang mempermudah hidup, tapi juga menjadi sumber stres baru. Menurut penelitian psikologi modern, rata-rata manusia menerima lebih dari 200 notifikasi per hari, yang membuat otak terus berpindah fokus.
Kondisi ini disebut attention fatigue — kelelahan karena otak terlalu sering berganti tugas. Akibatnya, kita mudah lelah, sulit konsentrasi, dan bahkan kehilangan kemampuan menikmati momen sederhana.
Tak heran, banyak orang merasa cemas jika tidak membuka ponsel selama beberapa menit. Fenomena ini dikenal sebagai “nomophobia” — ketakutan saat tidak terhubung dengan perangkat digital.
Ketika stres berlangsung lama, tubuh tidak punya waktu untuk kembali ke kondisi normal. Akibatnya, hormon stres terus tinggi dan menimbulkan efek domino:
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





